Virgin Coconut Oil Kotabaru Inhil Jadi Primadona Dunia?


INHIL, (INDOVIZKA)- Primadona dunia telah hadir di Kotabaru, Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Minyak kelapa murni atau yang disebut juga Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu produk olahan kelapa yang sangat diminati di pasar internasional. VCO biasa digunakan dalam dunia kesehatan dan kecantikan.

Sebagai daerah bergelar Jantung Kelapa Dunia, Indragiri Hilir berpeluang besar untuk menopang produksi komoditas dunia ini.

Tahun 2017 yang lalu, Kabupaten Indragiri Hilir merayakan festival kelapa internasional. Perayaan ini membuktikan eksistensi INHIL sebagai penghasil kelapa terbesar dunia. Mayoritas masyarakat menggantungkan penghidupannya pada kelapa. Di lain sisi, fruktuasi harga kelapa yang tajam seringkali mengakibatkan petani kelapa menjerit di tengah panen yang melimpah.

Kegelisahan ini mengantarkan kelompok pemuda Kotabaru untuk mengembangkan produk olahan kelapa yaitu VCO di desanya. Ferli Hayuanda, Defriansyah dan Jeri Rafki Andika selaku penggagas, membawa mesin pengolah VCO seperti mesin parut, press dan penyulingan minyak dari Yogyakarta. Mesin yang dibawanya mampu memproduksi 2 - 3 ton VCO per bulannya.

Masyarakat Inhil cenderung menjual kelapa bulat kepada perusahaan- perusahaan. Petani juga mengolah kelapa menjadi minyak kelapa mentah dan kopra. Cara tradisional ini ternyata tidak mampu menopang ekonomi warga di tengah kondisi ekonomi yang berkembang pesat. Maka dari itu, inovasi merupakan jawaban yang dibutuhkan.

Faktanya, kelapa adalah tumbuhan yang bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya. Sabut kelapanya bisa jadi kertas, airnya bisa diolah menjadi nata de coco, dagingnya bisa jadi minyak dan masih banyak lagi. VCO hanya satu dari banyaknya olahan kelapa yang dapat bernilai ekonomi besar jika dikembangkan.

“Usaha VCO itu tidak beresiko tinggi. Keuntungannya jauh lebih besar di bandingkan menjual kelapa bulat. Selain itu VCO adalah komoditas ekspor yang artinya pasarnya internasional, jadi produksi VCO tidak akan kehabisan pasar. VCO juga tahan lama, bisa bertahan 2-3 tahun setelah dibuat.” kata Ferli.

Keuntungan lain pengolahan VCO adalah seluruh kelapa dapat digunakan kecuali kelapa busuk. Kelapa bulat berukuran kecil dan besar, kelapa bertunas juga dapat dimanfaatkan. Lain halnya dengan perusahaan lain yang cenderung hanya menerima kelapa bulat yang berukuran besar. Sehingga kelapa kecil dan bertunas jarang bernilai ekonomi.

Ferli menuturkan bahwa VCO sudah sering diperbincangkan, namun karena kurangnya informasi dan pengetahuan maka sulit merealisasikan hal ini. Menurutnya, penting adanya edukasi masyarakat tentang inovasi pengolahan kelapa. Karena VCO dapat di produksi dalam skala rumahan hingga skala besar.

“Visi kami adalah membangun sistem ekonomi baru di INHIL. Harapannya masyarakat tidak lagi bergantung pada perusahaan dan menjual kelapa bulat dengan harga murah. Sedangkan misinya yaitu menjadikan INHIL sebagai pusat pusat produksi VCO. Makanya perlu adanya dukungan besar dari banyak pihak khususnya pemerintah daerah,” tuturnya.

Ferli melanjutkan, perusahaan yang dinamakan Krambi INHIL milik mereka juga memproduksi turunan olahan kelapa yaitu Sabun Kelapa. Sabun ini bebas bahan kimia dan dapat digunakan untuk wajah dan badan. Kedepannya perusahaannya akan mengolah air kelapa menjadi nata de coco.**

 






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar