Hadimihardja. (Foto: dok pribadi)

Oleh : Hadimihardja

Perubahan nilai dan norma sosial, dan tekanan untuk menjadi "Sempurna" Dimata publik dapat menjadi faktor yang menyebabkan menurunnya atau mungkin hilangnya rasa malu dikalangan masyarakat. Ketika rasa malu hilang, perbuatan dosa jadi biasa.

Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW. Artinya : Iman itu memiliki lebih dari enam puluh cabang. Dan malu adalah salah satu cabang dari iman (Muattafaq alaih)

Dalam kesempatan lain Nabi juga bersabda. Artinya : Malu adalah bagian dari iman, dan iman itu tempatnya di surga. Sedangkan perbuatan keji (tidak tahu malu) adalah bagian dari keras kepala, dan keras kepala (tidak mau menerima dan tidak peduli akan kebenaran) tempatnya di neraka (HR. Ibnu Majah). Kiranya dua hadits ini cukup untuk kita jadikan pedoman, bahwa rasa malu merupakan sifat yang penting dimiliki pribadi seorang muslim.

Budaya malu sudah semakin terkikis dalam masyarakat, sehingga banyak yang berbuat menyimpang dan berlaku jahat demi kesenangan diri.

Pudarnya budaya malu menyumbang andil besar dalam kerusakan tatanan sosial hingga negara, karena perasaan itu merupakan benteng untuk tidak berbuat menyimpang. Tetapi karena benteng itu telah rapuh maka banyak penyimpangan terjadi tanpa ada rasa malu pelakunya.

Dalam sejumlah literasi disebutkan malu identik dengan perasaan yang dialami Hawa di surga ketika melanggar larangan atau perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Pada saat itu dikisahkan Hawa merasa malu karena sadar ia telanjang setelah melakukan perbuatan dosa, yaitu memakan buah khuldi yang dilarang Allah.

Pentingnya memupuk dan menghias diri dengan rasa malu, sehingga berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela dan menebar kebaikan. Orang yang senantiasa memelihara dan menjaga rasa malu akan berhati-hati baik dalam ucapan maupun perbuatan, juga selalu mempertimbangkan baik buruk sesuatu dan berpikir sebelum bertindak.

"Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan"

Saat ini budaya malu dan bersalah itu sudah menipis atau mungkin hilang, seperti maraknya korupsi (gratifikasi, pemerasan), praktik kebohongan yang diproduksi dan dipublikasikan ke ruang media, juga ramainya kasus kriminal. Ada orangtua menghamili anaknya, anak membunuh orangtua, prostitusi online, pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan kejahatan lainnya, merupakan contoh hilangnya rasa malu.

Ada beberapa rasa malu antara lain : 
1. Malu kepada Tuhan : Sifat malu paling berkelas karena berbasis keimanan
2. Malu kepada diri sendiri : Rasa malu ini berbasis hati nurani, berlandaskan naluri.
3. Malu kepada sesama : Malu yang didasarkan pada pranata sosial dengan indikasi kepantasan, yaitu pantas atau tidak suatu perbuatan. Jenis malu ini mudah dilanggar asal tidak ketahuan orang lain, orang tidak akan merasa malu untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas.

Jadi secara harfiah berarti menahan diri dari melakukan sesuatu dengan alasan takut celaan orang lain. Malu adalah salah satu akhlak terpuji yang mendorong orang untuk meninggalkan perbuatan buruk dan menahan diri dari merampas hak orang lain. ***

*) Hadimihardja, penulis Praktisi Pendidikan Riau






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar