Pilihan
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Senam Inhil Sumbang Medali Emas Perdana di Porprov X Riau
Pilkada saat Corona Ancam Partisipasi Memilih, KPU Perlu Terobosan
JAKARTA - Pilkada serentak di 270 daerah pada 9 Desember 2020 dinilai terkesan dipaksakan. Selain karena persiapan KPU, lebih serius lagi, soal ancaman corona yang peningkatan kasusnya masih tinggi, akan berdampak pada partisipasi pemilih.
Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini, mengamini pandangan tersebut sebagai warning bagi penyelenggara pemilu. Sebab, hak memilih dan hak dipilih adalah hak dasar warga.
"Situasi saat ini saja masyarakat banyak yang tidak merasa aman dan nyaman untuk beraktivitas di luar ruangan dan berkumpul dengan banyak orang. Sementara karakter pilkada sebaliknya. Mensyaratkan inklusivitas, partisipasi, dan interaksi antara orang-orang yang terlibat dalam penyelenggaraannya," ucap Titi, Jumat (5/6).
Sidang Putusan MK
Titi mengatakan dampak Pilkada di tengah pandemi corona dengan persiapan regulasi, anggaran, dan kapasitas penyelenggara yang belum memberikan kepastian, bisa mengakibatkan menurunnya kualitas Pilkada yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan dan kredibilitas demokrasi.
"Kedua, (berdampak pada) degradasi partisipasi politik warga negara dalam pelaksanaan tahapan-tahapan pilkada," tuturnya.
Tahapan-tahapan Pilkada yang perlu partisipasi di antaranya penyusunan daftar pemilih, kampanye, hingga pemungutan suara. Lebih mengkhawatirkan dampak Pilkada saat pandemi adalah kecurangan.
"Potensi terjadinya malpraktik dan kecurangan pilkada akibat pengaturan yang kurang bisa beradaptasi dengan kompetisi dan penegakan hukum yang berkeadilan," terang Titi.
Karena itu, menurut Titi, KPU perlu membuat terobosan dalam menjamin partisipasi pemilih di Pilkada 9 Desember. Titi mengkritik pembahasan soal kesiapan pilkada selalu berfokus pada persoalan teknis.
"Perlu pendekatan baru yang tetap menjamin inklusivitas dan tidak meninggalkan kelompok pemilih rentan, disabilitas, masyarakat adat, dan kelompok miskin menjadi klaster pemilih yang sangat terdampak pandemi," ucapnya.
"Apalagi kalau pendekatan sosialisasi dan pendidikan serta informasi pemilih yang terlalu berorientasi pada teknologi digital, sementara tidak semua pemilih punya akses pada teknologi atau layanan daring," pungkasnya.**
Berita Lainnya
Tomi Kurniawan Sebut Abdul Wahid Pantas Jadi Gubernur Riau
AHY Soal Kudeta: Lawan Para Pengkhianat
Ini Hasil Polling CAKAPLAH.com 2 Tahun Kepemimpinan Syamsuar-Edy Natar Memimpin Riau
Demokrat Wanti-wanti Isu Kudeta Dialami Partai Lain
Bupati Alfedri Jadi Ketua DPW PAN Riau?
PAW Anggota DPRD Riau dari PAN dan Demokrat sudah Diteken Mendagri
Ini 65 Caleg Diprediksi Duduk di DPRD Riau Periode 2024-2029
OKP dan Pemuda Riau Sepakat Hanya Ada Satu Musda KNPI Riau 2021
Sampai Terpilih Ketua Definitif, Alfedri Komandoi 5 DPD PAN se-Riau
PKS-PPP Buka Wacana Koalisi Parpol Islam di Pilpres 2024
Golkar Mulai Munculkan Nama-nama Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta
Kemenkumham Belum Terima Hasil KLB Demokrat Kubu Moeldoko