Terkait Radikalisme, Politisi Senior di MPR Sindir Pemimpin Parpol


JAKARTA (INDOVIZKA) - Politisi senior yang juga Penasihat Fraksi Partai Golkar MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa, menyinggung aksi radikalisme yang kini menyasar generasi muda hingga terlibat terorisme, sebagai akibat dari polarisasi ideologi nasional yang mulai bergeser dari ideologi Pancasila oleh partai politik yang membawa kepentingan global.

Sehingga ditakutkan jika hal itu terus berlangsung, Indonesia tidak akan pernah selesai dengan urusan terorisme.

Demikian disampaikan Agun Gunandjar yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, pada diskusi Empat Pilar MPR RI dengan tema 'Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Menangkal Radikalisme bagi Generasi Muda.'

Menurut politisi yang sejak tahun 1997 hingga kini menjabat sebagai anggota DPR RI itu, polarisasi ideologi nasional itu terjadi karena kepentingan-kepentingan global yang tak bisa dihindari dan itu memberikan manfaat secara politik institusi di Indonesia.

"Jadi sudahlah, buat para pimpinan partai politik harus kembali kepada jati diri bangsa kita. Bahwa kita adalah sebuah bangsa yang berideologi kan Pancasila, sebuah bangsa yang menganut Undang Undang Dasar 1945," ujarnya dalam diskusi, Senin (5/4/2021) di MPR RI.

Dijabarkannya, polarisasi ideologi itu terjadi karena adanya partai politik yang memiliki kesamaan pemahaman ideologi dengan kepentingan global.

Ditambah lagi, lemahnya upaya pencegahan radikalisme yang menjadi pintu masuk. Sehingga dengan mudah terbentuklah kelompok kecil yang akhirnya menjadi besar, ketika berubah menjadi partai politik dan berhasil masuk kedalam Parlemen Indonesia.

"Maka terjadilah pengelompokan kekuatan yang dari kecil menjadi besar, sehingga ketika muncul di parlemen terjadi polarisasi itu. Hampir semua kebijakan-kebijakan yang terjadi di DPR, di mata saya, itu terjadi tarik-menarik ideologi politik nasional kita," terangnya.

Untuk itu Agun Gunandjar, menggugah jiwa nasionalis para politisi dan pimpinan partai politik segera mengakhiri polarisasi ideologi nasional itu.

Dengan kembali mengedepankan fungsi pencegahan atau preventif atas berkembangnya paham radikalisme di Indonesia. Salah satunya dengan sosialisasi pemahaman ideologi empat pilar kebangsaan, secara menyeluruh dan sungguh-sungguh.

"Termasuk preventif itu diantaranya digalakkan kembali tentang pemahaman ideologi empat pilar kebangsaan kita, secara menyeluruh totalitas, yang kedua tentunya juga polarisasi ideologi nasional kita harus sudah segera diakhiri," tegasnya.

Sementara kepada generasi muda, Agun Gunandjar. Berpesan di tengah perkembangan peradaban kehidupan hari ini yang serba digital, para anak muda diminta untuk sadar tentang identitas jati diri bangsa Indonesia.

Dengan menempatkan prinsip kebangsaan yakni keberagaman adalah identitas dan menolak budaya buruk, dari digitalisasi yang memaksa orang untuk menjadi sangat individualistik.

"Terakhir untuk para anak muda harus dipahami betul bahwa, kaum muda ini harus tersadarkan tentang identitas jati diri bangsanya, jadi harus ada rasa memiliki dan rasa tanggung jawab bahwa kita sebuah bangsa yang menempatkan prinsip kebangsaan kita. Artinya, paham-pahan digitalisasi ini memaksa orang untuk mnjadi sangat individualistik, menjadikan orang angkuh, sombong dan belagu, ini sisi negativnya, padahal bangsa kita tidak seperti itu," tandasnya.**






Tulis Komentar