BRIN-BRGM Lakukan Operasi TMC di Riau Hadapi Kemarau

Tim BRGM-BRIN dan BPBD Riau di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.(foto: istimewa)

INDOVIZKA.COM - Peranan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mendukung upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) telah tertuang dalam Inpres No 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Karhutla.

Terkait hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melakukan upaya pembasahan lahan gambut dengan memanfaatkan TMC untuk mengantisipasi bencana karhutla di Provinsi Riau.

Kondisi cuaca yang relatif kering karena sebagian wilayah Provinsi Riau sudah mulai masuk musim kemarau, ditambah semakin tingginya indeks NINO3.4 yang mengindikasikan dimulainya fenomena El Nino menyebabkan potensi kemunculan titik panas (hotspot) yang menjadi asal muasal bencana Karhutla juga semakin meningkat.

Dari data sebaran titik panas yang tertangkap satelit NASA-MODIS yang dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam situs SIPONGI, pada bulan April 2023 lalu telah muncul setidaknya 130 titik panas dengan tingkat kepercayaan menengah hingga tinggi (di atas 50 persen) di Provinsi Riau.

Sedangkan untuk bulan berjalan, hingga 16 Mei 2023, tidak kurang dari 80 titik panas telah terpantau di Provinsi Riau. Dari pantauan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA) yang dipublikasikan BRGM, 17 dari 23 stasiun pemantauan tinggi muka air lahan gambut yang saat ini masih online menunjukkan status rawan.

Artinya sebagian besar lahan gambut yang ada di Provinsi Riau sudah mengering dan ketinggian air dalam tanah sudah lebih rendah dari 40 cm di bawah permukaan tanah.

Atas dasar tersebut, maka pelaksanaan operasi TMC di Provinsi Riau dilaksanakan BRIN melalui Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (Lab TMC) atas permintaan BRGM untuk melakukan kegiatan pembasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Riau guna mencegah terjadinya Karhutla.

Kegiatan TMC di Riau yang dimulai pada 17 Mei 2023, dan rencananya akan dilaksanakan selama 11 hari kegiatan sesuai permintaan dari BRGM, di mana kegiatan kali ini merupakan TMC kerjasama BRIN dan BRGM yang pertama yang di tahun 2023.

Pada kesempatan kegiatan TMC kali ini, Koordinator Lapangan Lab Pengelolaan TMC BRIN, Ari Nugroho mengatakan, pelaksanaan operasional kegiatan dikendalikan dari Posko yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

Selain tim dari Lab Pengelolaan TMC BRIN, kegiatan ini juga didukung TNI AU dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang dengan mengerahkan armada pesawat CASA 212-200 beserta 11 crew pesawat.

"Kegiatan TMC ini juga mendapat dukungan dari pangkalan TNI Lanud roesmin nurjadin pekanbaru, BMKG, KLHK, Pemprov riau dan BPBD riau," kata Ari, Kamis (18/5/2023).

Selain personel yang bertugas di Posko, ditempatkan juga beberapa personel yang bertugas di Pos Meteorologi Dumai dan Pelalawan untuk melaporkan keadaan cuaca serta pengamatan visual pertumbuhan awan tiap jam pada tim yang ada di Posko Pekanbaru untuk dianalisis sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi penyemaian awan.

Sementara itu, Koordinator Lab Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo menuturkan, operasi TMC dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi solusi permanen dalam upaya pengendalian bencana karhutla di indonesia.

"BMKG memprediksi fenomena el nino yang akan terjadi tahun ini akan lebih tinggi indeksnya dari tahun sebelumnya yang mengakibatkan potensi bencana Karhutla yang lebih besar," sebut Budi.

"Oleh karena itu, seperti juga pelaksanaan TMC di tahun-tahun sebelumnya dilakukan lebih awal untuk tujuan pembasahan lahan gambut (re-wetting). Target operasi TMC kali ini adalah untuk menjaga tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas (threshold) kekeringan, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian Karhutla dapat dikurangi," paparnya.

Terpisah, Direktorat Pengendalian Karhutla KLHK yang diwaliki Kasubdit Pencegahan Karhutla, Anis Susanti Aliati menjelaskan, dari upaya pengendalian Karhutla yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun terakhir, menunjukkan perlunya sinergitas dari pihak-pihak terkait agar supaya lebih maksimal.

"TMC merupakan salah satu solusi permanen untuk pencegahan karhutla dengan upaya pembasahan lahan gambut. Kami mengingatkan juga pentingnya ketepatan waktu dan area semai dalam setiap kegiatan TMC," ucap Anis.

"Berdasarkan yang telah dihimpun KLHK, hingga 30 april 2023 telah terjadi 107 kejadian Karhutla dengan luas lahan terbakar mencapai 1092,32 hektar dengan dominasi daerah terbakar di kabupaten bengkalis, Inhil, meranti, pelalawan, Rohil, siak dan kota dumai," rinci Anis.

Menurutnya, KLHK juga sudah melakukan upaya pencegahan Karhutla dengan patroli terpadu, patroli mandiri, kampanye dan monitoring hotspot sebagai bentuk pengendalian Karhutla selain upaya patroli udara, water bombing dan penyelamatan jika memang bencana Karhutla sudah terjadi.

"Di akhir kegiatan TMC nanti, KLHK akan mengevaluasi kegiatan TMC ini sebagai bahan pelaporan sekaligus bahan perbaikan ke depan. Semoga kita bisa melewati tahun ini dengan langit biru tanpa kabut asap," tuturnya.

Sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan TMC di Provinsi Riau, Danlanud Roesmin Nurjadin yang diwakili Kasiopslat Dinas Operasi Lanud Roesmin Nurjadin (RSN), Mayor Anugrah Gigih Pratama mengingatkan, Provinsi Riau termasuk dalam daerah rawan Karhutla karena dominannya lahan gambut.

"Lanud RSN nantinya juga akan berkoordinasi untuk melaksanakan water bombing jika memang sudah terpantau adanya titik api. Namun sebelum itu terjadi, upaya TMC tetap diutamakan untuk membasahi lahan gambut," ungkap Mayor Anugrah.

"Lanud RSN siap mendukung kegiatan TMC, selama masih ada potensi awan, lebih baik untuk dimaksimalkan. Tujuan utamanya untuk mewujudkan riau bebas asap dengan mengkoordinasikan seluruh sumberdaya yang ada," tambahnya.

BMKG yang diwakili Kepala Stamet Pekanbaru, Ramlan menyampaikan, pada bulan Mei ini sebanyak 50 persen wilayah Riau sudah masuk musim kemarau dan pada awal bulan Juni nanti sudah musim kemarau secara keseluruhan.

Sehingga pada sisa waktu di bulan Mei ini diharapkan upaya TMC bisa memanfaatkan semaksimal mungkin parameter cuaca lokal yang masih potensial untuk pertumbuhan awan.

"Pada periode awal mei ini belum terpantau terjadi el nino, tapi el nino lemah diprediksi baru akan terjadi pada awal juni nanti," beber Ramlan.

Menyikapi hal tersebut, lanjut Ramlan, jika memang nantinya masih ada potensi di awal Juni maka mungkin bisa dimaksimalkan potensi awan yang ada dengan TMC.

Ramlan menyatakan, BMKG siap mendukung data-data parameter cuaca untuk mengoptimalkan kegiatan TMC di Provinsi Riau.

Di sisi lain, Kabid Kedaruratan BPBD Riau, Jim Gafur mengucapkan terimakasih kepada BRGM dan BRIN yang telah melaksanakan TMC periode ini. Karena secara umum, lahan gambut di Riau ini relatif kering.

"Pada musim hujan lalu sudah ada kejadian lahan gambut yang terbakar dan hujan yang terjadi beberapa hari masih belum cukup untuk memadamkan api secara sempurna," kata Jim Gafur.

"Sebelumnya, BNPB juga telah melaksanakan operasi TMC di Provinsi Riau selama 20 hari dari tanggal 19 April-8 Mei 2023 dengan pelaksana dari PT Smart Cakrawala Aviation, perusahaan swasta nasional yang melayani jasa pelayanan TMC," ujar Jim.

Untuk itu dia berharap agar kegiatan TMC kolaborasi BRIN dan BRGM yang rencananya akan dilaksanakan selama 11 hari, perlu diprioritaskan pada daerah pesisir timur yang didominasi lahan gambut.

Daerah ini juga berbatasan langsung dengan negara tetangga sehingga kemunculan titik api atau bahkan kabut asap di daerah prioritas akan berpotensi menimbulkan sebaran asap ke negara tetangga.

Kepala Pokja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Susilo Indrarto, yang memiliki tugas utama mencegah dan memperbaiki lahan gambut agar tidak rusak menyampaikan, BRGM siap memfasilitasi TMC semoga bisa berjalan efektif, tepat manfaat sehingga kabut asap tidak terjadi.

"Lahan gambut di riau sangat luas dan sumber air lahan gambut hanya hujan, sehingga dengan TMC sangat bermanfaat untuk mengisi air pada lahan gambut. Pokja MONEV BRGM nanti bisa membantu ikut memonitor tinggi muka air lahan gambut di riau. Selain riau, masih ada lokasi lain yang diproyeksikan untuk bisa melaksanakan TMC," paparnya.

Seperti diketahui, daerah Riau memiliki area lahan gambut yang cukup luas dan rentan terjadi kebakaran saat musim kemarau. Untuk itu maka pada musim kemarau ini perlu dilakukan antisipasi sedini mungkin upaya-upaya pembasahan lahan dengan memanfaatkan TMC untuk meningkatkan intensitas curah hujan.

Harapannya, dengan adanya hujan maka kolam-kolam penyimpanan air pada lahan gambut dapat terisi dan menjaga tinggi muka air tanah (TMAT) lahan gambut terjaga kelembabannya sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar