Pemanfaatan Resi Gudang Meningkat Sepanjang 2021

Ilustrasi

JAKARTA, (INDOVIZKA)– Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat resi gudang yang telah diterbitkan sampai 13 September 2021 telah mencapai Rp328,58 miliar dengan pembiayaan senilai Rp233,02 miliar.

Nilai tersebut meningkat dibandingkan dengan realisasi sepanjang 2020 dengan realisasi penerbitan resi gudang senilai Rp191,21 miliar dan pembiayaan mencapai Rp117,72 miliar.

“Ada 96 pengelola gudang sampai dengan 13 September 2021,” kata Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan SRG dan Pasar Lelang Komoditas Bappebti Widiastuti, Jumat (17/9/2021).

Jika diakumulasi, dalam kurun 2008 sampai dengan 2021, resi gudang paling banyak diterbitkan untuk komoditas gabah dengan nilai Rp493,69 miliar dan volume 91.395 ton. Pembiayaan untuk SRG gabah dalam periode tersebut mencapai Rp287,15 miliar.

Selain imbas dari upaya untuk menjangkau pelaku usaha yang lebih masif, pandemi juga turut mendorong pemanfaatan sistem resi gudang (SRG).

Pemanfaatan SRG selama pandemi, kata Widiastuti, paling terlihat pada komoditas ikan.

“Ini terjadi di ikan. Ketika pandemi Covid-19 masyarakat di rumah, sedangkan nelayan tetap mencari ikan dan gudang terbatas dan pembeli berkurang. Akhirnya permintaan menjadi pengelola gudang untuk SRG lumayan tinggi selama pandemi,” katanya dikutip dari bisnis.com.

Penerbitan resi gudang untuk ikan tercatat bernilai Rp3,61 miliar selama periode 2008–2021, dengan volume 208,49 ton. Adapun, pembiayaan yang diberikan mencapai Rp2,20 miliar.

Widiastuti menjelaskan, sistem resi gudang merupakan instrumen usaha pascapanen yang dilakukan dengan mekanisme tunda jual, di mana petani atau koperasi menyimpan barang ketika harga jatuh.

Saat ini, terdapat 20 komoditas yang bisa memanfaatkan sistem resi Gudang jika mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/2021.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan bahwa pemanfaatan sistem resi gudang bisa mencegah kerugian yang diderita petani ketika harga komoditas jatuh akibat produksi yang melimpah.

Dalam banyak kasus, akses terbatas terhadap gudang penyimpanan membuat petani terpaksa menjual hasil panen kepada tengkulak dengan harga yang lebih rendah.

“Karena itu, Kemendag menyiapkan gudang-gudang sebagai solusi. Sampai saat ini terdapat 123 SRG yang ada di Indonesia, dan resinya diterbitkan oleh Kemendag. Ini memang untuk kesejahteraan petani dan nelayan. Dengan SRG petani bisa menyimpan sampai 5 bulan, saat harga naik mereka bisa jual dengan harga menguntungkan,” kata Jerry.






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar