Kekurangan Tenaga Kerja, Australia Tawarkan Bonus dan Gaji Gila-gilaan


JAKARTA (INDOVIZKA) - Australia kekurangan tenaga kerja akibat penutupan perbatasan untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Perusahaan pun menawarkan bonus masuk untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir untuk pegawai yang berhasil direkrut. Biayanya hampir dua kali lipat dari perekrutan.

Perusahaan juga meninjau kenaikan gaji dua kali setahun. Gaji pokok pun dinaikkan hingga 15 persen untuk mempertahankan pegawai.

"Saya memiliki bonus sign on di 2007 dan kini sangat mirip situasinya. Pasar ini membutuhkan lebih banyak kandidat," kata Belinda Fisher, perekrut industri hukum yang telah menaikkan gaji dari 18 persen hingga 30 persen untuk profesi pengacara.

Pemberian bonus masuk dan kenaikan gaji dilakukan di tengah keputusasaan pengusaha Australia karena permintaan yang naik tajam. Profesi yang dibutuhkan saat ini mulai dari data analisis hingga perhotelan, yang langka sejak dua tahun terakhir sejak ditutupnya perbatasan.

Permintaan akan pekerja teknologi yang terampil misalnya, telah melonjak saat pandemi Corona mengguncang dunia. Pandemi membuat bisnis online melesat. Sementara pekerja teknologi sulit didapat di Australia dengan pihak imigrasi yang mengunci perbatasan.

Iklan lowongan kerja naik 54 persen dibandingkan sebelum pandemi, namun jumlah pelamar tak naik signifikan, menurut situs web pekerjaan SEEK. Profesi yang dibutuhkan antara lain manajemen data, intelijen bisnis, keamanan siber dengan kenaikan gaji hingga 20 persen.

Wild Tech, operator perangkat lunak bisnis berbasis cloud di Sydney, menawarkan bonus sebesar AUD$ 10.000 atau setara Rp 103 juta untuk karyawan yang baru direkrut. "Selama 25 tahun bekerja di bidang teknologi, belum pernah saya memberikan bonus seperti ini," ujar Direktur Wild Tech, Grant Wild






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar