Pilihan
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Senam Inhil Sumbang Medali Emas Perdana di Porprov X Riau
Negosiasi Damai Rusia-Ukraina Mulai, Ini Syarat Putin
JAKARTA (INDOVIZKA)- Situasi masih memanas antara Rusia dan Ukraina. Meski demikian, negosiasi untuk menghentikan perang sudah mulai dilakukan.
Mengutip CNN International Selasa (1/3/2022), delegasi Moskow dan Kyiv bertemu di perbatasan Belarusia kemarin. Meski demikian, pertemuan perdana pasca serangan Rusia itu belum membuahkan hasil gencatan senjata.
"Delegasi Ukraina dan Rusia mengadakan negosiasi putaran pertama," kata penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhaylo Podolyak, kepada wartawan usai perundingan.
- Meskipun Dihadang Israel, 80.000 Jemaah Palestina Tetap Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa
- Aleix Espargaro Juarai MotoGP Inggris 2023
- WHO Peringatkan Setengah Populasi Dunia Berisiko Terjangkit DBD
- Declan Rice Resmi Bergabung Dengan Arsenal.
- Akan Meninggal Livepool, ini 6 Kandidat Calon Pengganti Jordan Henderson
"Tujuan utama mereka adalah untuk membahas gencatan senjata dan mengakhiri aksi pertempuran di wilayah Ukraina. Para pihak telah menentukan topik di mana keputusan tertentu dipetakan. Agar keputusan ini dapat diambil alih," jelasnya.
"Diimplementasikan sebagai roadmap, para pihak kembali untuk berkonsultasi ke ibu kotanya. Para pihak berdiskusi mengadakan putaran negosiasi lagi di mana keputusan ini dapat dikembangkan."
Kepala Delegasi Rusia Vladimir Medinsky mengatakan media belah pihak sudah setuju perundingan putaran kedua. "Kami separaat," katanya.
Sementara itu, dalam pernyataannya setelah berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron Senin (28/2/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan syarat invasi bisa ia dihentikan. Pertama, Ukraina harus bersikap netral dan tak memihak pada Barat.
Melalui pernyataan yang dirilis Kremlin, ia mengatakan solusi konflik Ukraina adalah negeri itu harus menghapus "pengaruh Nazi atau praktik fasisme" dan "tindakan represif (denazifikasi) dan demiliterisasi". Ia mengatakan hal itu khususnya untuk wilayah Ukraina Timur, yang ia klaim jadi target diskriminasi dan genosida.
Putin, tulis Reuters, juga meminta Ukraina mengakui secara resmi kontrol Rusia atas Krimea, wilayah Ukraina yang dicaplok Moskow 2014. Krimea merupakan wilayah teritorial selatan Ukraina dan berbatasan langsung dengan Laut Hitam.
Sebelumnya Rusia melakukan serangan ke Ukraina sejar 24 Februari. Ini berselang dua hari setelah Putin mengakui dua wilayah pemberontak di Ukraina Timur sebagai negara merdeka.
Hingga Senin, tim pemantau hak asasi manusia (HAM) PBB telah mengonfirmasi 102 warga sipil tewas dan 304 lainnya terluka di Ukraina.
Selain itu, lebih dari setengah juta warga telah mengungsi dari Ukraina sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh. Mayoritas warga Ukraina itu mengungsi ke negara tetangga, Polandia.
Berita Lainnya
Resesi Mengancam, Ini Tips Mengatur Keuangan Agar Stabil
Ilmuwan Tangkap Sinyal Misterius Luar Angkasa yang Bombadir Bumi Tiap 157 Hari
6 Tewas dan 28 Orang Terjebak di Hotel Karantina Corona di China yang Roboh
9 Orang Binjai Terjebak di Ukraina, Minta Tolong Dievakuasi
Pemerintah Ingin Indonesia Masuk 10 Besar Negara Digital
Senjata Perang Israel Ditahan Pekerja Pelabuhan Pro-Palestina
Dikecam Keras, Pasar Tradisional di Yulin Masih Jual Daging Anjing
Perusahaan PDG Asal Singapur Akan Bangun Data Center Rp 15 Triliun di Batam
Meski Dilarang Pemerintah, Pelajar Muslimah India Istiqamah Berhijab
HOROR! Pasien Virus Corona Ludahi Perawat Agar Virusnya Menular: Kalian Semua Akan Mati Bersamaku
1 Syawal 1444 H di Timur Tengah Jatuh pada 21 April 2023
Ini Penyebab Suhu Panas Ekstrem Landa Indonesia dan Asia