Pilihan
Negosiasi Damai Rusia-Ukraina Mulai, Ini Syarat Putin

JAKARTA (INDOVIZKA)- Situasi masih memanas antara Rusia dan Ukraina. Meski demikian, negosiasi untuk menghentikan perang sudah mulai dilakukan.
Mengutip CNN International Selasa (1/3/2022), delegasi Moskow dan Kyiv bertemu di perbatasan Belarusia kemarin. Meski demikian, pertemuan perdana pasca serangan Rusia itu belum membuahkan hasil gencatan senjata.
"Delegasi Ukraina dan Rusia mengadakan negosiasi putaran pertama," kata penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhaylo Podolyak, kepada wartawan usai perundingan.
- Thailand Bakal Bagi-bagi 1 Juta Pohon Ganja ke Rumah-rumah
- Korban Tewas Serangan Militer Pakistan di Afghanistan Jadi 47 Orang
- 9 Orang Binjai Terjebak di Ukraina, Minta Tolong Dievakuasi
- Rusia-Ukraina Perang, Ini Dampaknya bagi Indonesia
- Dolar AS Menguat Menyusul Pencalonan Jerome Powell di Periode Dua
"Tujuan utama mereka adalah untuk membahas gencatan senjata dan mengakhiri aksi pertempuran di wilayah Ukraina. Para pihak telah menentukan topik di mana keputusan tertentu dipetakan. Agar keputusan ini dapat diambil alih," jelasnya.
"Diimplementasikan sebagai roadmap, para pihak kembali untuk berkonsultasi ke ibu kotanya. Para pihak berdiskusi mengadakan putaran negosiasi lagi di mana keputusan ini dapat dikembangkan."
Kepala Delegasi Rusia Vladimir Medinsky mengatakan media belah pihak sudah setuju perundingan putaran kedua. "Kami separaat," katanya.
Sementara itu, dalam pernyataannya setelah berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron Senin (28/2/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan syarat invasi bisa ia dihentikan. Pertama, Ukraina harus bersikap netral dan tak memihak pada Barat.
Melalui pernyataan yang dirilis Kremlin, ia mengatakan solusi konflik Ukraina adalah negeri itu harus menghapus "pengaruh Nazi atau praktik fasisme" dan "tindakan represif (denazifikasi) dan demiliterisasi". Ia mengatakan hal itu khususnya untuk wilayah Ukraina Timur, yang ia klaim jadi target diskriminasi dan genosida.
Putin, tulis Reuters, juga meminta Ukraina mengakui secara resmi kontrol Rusia atas Krimea, wilayah Ukraina yang dicaplok Moskow 2014. Krimea merupakan wilayah teritorial selatan Ukraina dan berbatasan langsung dengan Laut Hitam.
Sebelumnya Rusia melakukan serangan ke Ukraina sejar 24 Februari. Ini berselang dua hari setelah Putin mengakui dua wilayah pemberontak di Ukraina Timur sebagai negara merdeka.
Hingga Senin, tim pemantau hak asasi manusia (HAM) PBB telah mengonfirmasi 102 warga sipil tewas dan 304 lainnya terluka di Ukraina.
Selain itu, lebih dari setengah juta warga telah mengungsi dari Ukraina sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh. Mayoritas warga Ukraina itu mengungsi ke negara tetangga, Polandia.
Berita Lainnya
Hamas Berharap Taliban Bantu Perjuangan Palestina
Corona di Seluruh Dunia Tembus 10 Juta Kasus
Kisah Pria Muslim yang di Hajar dalam Konflik di India Ini Jadi Viral
Hari ini, 15 Tahun Tsunami Aceh
Mobil Menabrak Masjidil Haram dan Bagaimana Itu Bisa Terjadi?
Menkum HAM Yasonna Laoly yakin tak bakal di-reshuffle Jokowi
Biar Bisa Diajak ke Bulan, 20.000 Wanita Mendaftar Jadi Calon Pacar Miliarder Jepang
Presiden Putin Dipastikan Akan Berkunjung ke Indonesia
Menkum HAM Yasonna Laoly yakin tak bakal di-reshuffle Jokowi
Ini selebrasi Zabaleta andai jebol gawang MU
9 Orang Binjai Terjebak di Ukraina, Minta Tolong Dievakuasi
Sidang Pemakzulan Trump Dimulai Pekan Depan