Pilihan
Rusia-Ukraina Perang, Ini Dampaknya bagi Indonesia
.jpeg)
INDOVIZKA.COM - Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berdampak secara fisik, tapi juga berpengaruh ke perekonomian global. Hal ini terjadi karena ekonomi global saling terhubung satu sama lain.
Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina akan menghambat pemulihan ekonomi akibat pandemi covid-19 di kawasan Eropa dan global.
Lantas, dampak ekonomi apa saja yang akan terjadi akibat ketegangan ekonomi kedua negara tersebut?
- Thailand Bakal Bagi-bagi 1 Juta Pohon Ganja ke Rumah-rumah
- Korban Tewas Serangan Militer Pakistan di Afghanistan Jadi 47 Orang
- 9 Orang Binjai Terjebak di Ukraina, Minta Tolong Dievakuasi
- Negosiasi Damai Rusia-Ukraina Mulai, Ini Syarat Putin
- Dolar AS Menguat Menyusul Pencalonan Jerome Powell di Periode Dua
Pakar hubungan internasional menyatakan dampak perang di Eropa Timur bisa terasa sampai Indonesia.
"Secara fisik, dampaknya mungkin tidak terasa, tapi secara ekonomi ini bisa mengganggu perdagangan internasional, terutama sektor energi dan minyak," kata pakar hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Riza Noer Arfani, Kamis (24/2/2022).
Riza, yang merupakan dosen HI Fisipol UGM, punya bidang keahlian dalam bidang ekonomi-politik internasional. Dia melihat sektor ekonomi sebagai sektor yang paling mungkin kena dampaknya. Apalagi dunia (termasuk Indonesia) baru saja ancang-ancang mau lepas dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
"Perang ini mengancam pemulihan ekonomi internasional, maka Indonesia harus berbicara," ujar Riza.
Forum G20 dapat digunakan Indonesia untuk mengakhiri perang Rusia vs Ukraina. Presidensi G20 Indonesia masih berlangsung dan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Selain G20, Indonesia bisa mengusahakan perdamaian lewat forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ASEAN. Indonesia punya tujuan menciptakan perdamaian dunia sebagaimana amanat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945. Selain langkah konvensional, langkah nonkonvensional juga perlu ditempuh.
"Ini perlu kerja di luar kerja diplomatik, mungkin kerja intelijen melalui jalur-jalur yang tidak konvensional. Ini perlu dipikirkan Indonesia," kata Riza.
Riza melihat kehadiran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Ukraina versus Rusia justru malah menambah kacau perang ini. Saat ini kedua belah pihak perlu menahan diri.
"Kehadiran NATO dan AS mendukung Ukraina hanya semacam memperparah kondisi konfliknya," kata Riza.
Perang ini adalah permukaan paling atas dari masalah-masalah Rusia-Ukraina yang menumpuk tidak terselesaikan. Dialog konstruktif gagal dirancang. Perang sudah terjadi. Perlu pihak yang netral untuk menengahi dan menghentikan perang.
"Yang diperlukan adalah pihak di luar AS dan sekutunya. Apakah China, India, atau Indonesia. Indonesia, menurut saya, bisa karena ada di Presidensi G20," kata Riza.
Berita Lainnya
Hamas Berharap Taliban Bantu Perjuangan Palestina
Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina
WHO Tetapkan Status Darurat Internasional Terkait Virus Korona
Sadis, Pria Ini Jadi Korban Aplikasi Kencan, Buah Zakarnya Dipotong dan Dimakan Pembunuh
Jumlah Mengejutkan Planet Mirip Bumi di Galaksi Bima Sakti
Cerita Astronot NASA Saksikan Virus Corona di Bumi dari ISS
Sudah Makan 80 Orang, Buaya Raksasa Berumur 75 Tahun Ditangkap
Senjata Perang Israel Ditahan Pekerja Pelabuhan Pro-Palestina
Biar Bisa Diajak ke Bulan, 20.000 Wanita Mendaftar Jadi Calon Pacar Miliarder Jepang
Kantor Dibom Israel, Aljazirah: Ini Upaya Bungkam Jurnalis
Semakin Mengerikan! Beginilah Kekuatan Angkatan Laut Cina
Kisah Pernikahan Berujung Corona: 37 Tamu Positif Terjangkit