Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Tim Pakar Covid-19 Ungkap Alasan Pemerintah Belum Lockdown
JAKARTA - Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, memaparkan alasan Indonesia tidak melakukan lockdown. Wiku mengatakan yang memungkinkan dilakukan saat ini adalah social distancing atau jaga jarak dan pemerintah belum memikirkan opsi lockdown.
"Hal yang penting adalah social distancing, di masyarakat sudah beredar berita tentang lockdown. Sebenarnya kembali lagi social distancing, selama penjarakan atau kontak bisa terjaga dengan baik, tidak menjadi kontak, itu yang terbaik," kata Wiku di kantor BNPB dalam siaran langsung melalui akun YouTube, Rabu (18/3/2020).
"Lockdown ini kan sebenarnya sebelum sampai istilah lockdown sebenarnya sudah karantina wilayah. Nah wilayah Indonesia ini kan besar sekali, kalau lockdown nasional ini kan nanti terhadap aktivitas ekonomi," sambungnya.
- Ketua Tim Jargas Sebut Kado Ultah ke-26 Pelalawan Dapat Tambahan Kuota 3.076 Jaringan Gas dari APBN
- Aktif Kembali Bumdes Jaya Bersama setelah Fakum Hampir 7 Tahun
- Wabup Husni Tamrin Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lancang Kuning 2025
- Pemerintah Kabupaten Pelalawan Melaksanakan Operasi Pasar Murah Jelang Idul Fitri 1446 H
- Pemkab Pelalawan Sediakan Bantuan Penyebrangan Roda Dua Gratis Melintasi Banjir Jalan Lintas Timur
Wiku menyebut Indonesia belum memilih opsi lockdown secara nasional karena akan berdampak secara ekonomi. Sebab, saat ini masih banyak warga yang mengandalkan upah harian sehingga dikhawatirkan akan berdampak secara ekonomi.
"Belum diambil karena lockdown itu artinya membatasi wilayah atau daerah dan memiliki implikasi ekonomi, sosial, dan keamanan. Maka dari itu, kebijakan itu belum bisa diambil. Social distancing hal yang efektif. Di Indonesia banyak sekali orang bekerja mengandalkan upah harian dan itu salah satu kepedulian pemerintah supaya aktivitas ekonomi tetap berjalan. Karena dengan lockwon orang di rumah, maka aktivitas ekonomi sulit berjalan dan secara ekonomi itu berbahaya. Oleh karena itu, kita belum mengambil ke arah sana," ujarnya.
Ia menyebut karantina dapat dilakukan secara bertahap, misalnya melakukan karantina di rumah dengan tidak pergi ke mana-mana. Ada pula karantina rumah sakit ataupun karantina wilayah.
"Kalau bicara karantina kan bisa bertahap, mulai dari karantina rumah. Jadi kita di rumah tidak pergi, untuk rumah yang padat nanti cari solusi yang lain. Jadi karantina rumah, wilayah, dan nanti mungkin karantina rumah sakit," ungkapnya.
Wiku mengatakan saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 200 juta jiwa, sedangkan yang terdampak COVID-19 baru sekitar 172 berdasarkan dampak terakhir. Ia menilai lebih banyak masyarakat Indonesia yang lebih sehat sehingga dia mengimbau warga tidak perlu panik.
"Jadi mohon masyarakat Indonesia lebih banyak yang sehat perhatian kita tidak hanya yang sakit aja, yang sakit ini nanti akan ditangani dengan baik," ungkapnya.
Dia mengingatkan masyarakat melakukan pola hidup sehat dan bersih dan rajin mencuci tangan. Serta menerapkan etika batuk dan bersin.**
.png)

Berita Lainnya
Airlangga Hartarto Motivasi Lulusan UKSW Salatiga Berinovasi di Tengah Masyarakat
KM Kelud Jadi Pilihan GP Ansor Gelar Kongres XVI di Atas Laut
Akhirnya Arab Saudi Resmi Buka Pintu Umrah untuk Indonesia
Dinilai Membebani Masyarakat, Abdul Wahid Sebut Rencana Penghapusan BBM Premium dan Pertalit
Tembus 500 M Dalam 4 Tahun, 40 Rekening Rafael di Blokir
Tiga Kapal Polri Bersiaga di Kawasan Perairan Dukung Keamanan MotoGP
Jokowi Sebut Ekonomi Pedesaan Jadi Salah Satu Penyelamat saat Pandemi
Pemerintah Resmi Larang Mudik Lebaran, Luhut: Kita Tidak Punya Pilihan
Kakek Hanya Kerja di Sawah DInyatakan Positif Covid-19
Awas Mafia Rumah Sakit Cari Keuntungan, Pasien Negatif Dibilang Positif Covid-19
OJK Akan Terbitkan Aturan Main Terbaru Pinjol
Selangkah Lagi, Riau Petrolium Terlibat Dalam Pengelolaan Blok Siak