Putri Marino Bicara Sandwich Generation, dari Beban jadi Pengorbanan


JAKARTA (INDOVIZKA) - Nama Putri Marino kian melejit setelah membintang beberapa film layar lebar dan serial. Terbaru, istri Chicco Jerikho ini tengah mempromosikan film terbarunya yang berjudul Cinta Pertama, Kedua, dan Ketiga. Secara garis besar film yang dibalut drama keluarga ini mengantarkan pesan kondisi banyak orang yang disebut Sandwich Generation.

Ternyata tak hanya dalam film, ibu satu putri ini juga mengalaminya di dunia nyata, dimana ia masih mengurus orang tuanya yang sudah pensiun dan juga keluarga kecilnya.

"Kalau aku merasa di awal seperti beban gitu, kaya aduh masa sih aku harus ngurus keluarga disaat aku juga lagi punya keluarga. Lalu lama-lama aku merasa kalau kondisi ini tanggu jawab untuk keluarga akuucap Putri dalam kanal YouTube Brava Radio, Minggu 23 Januari 2022. 

Awalnya merasa bebas, seiring waktu akhirnya berdamai dan adaptasi dengan kondisi ini dimana bertanggung jawab adalah wujud pengorbanan dan cintanya kepada keluarga.

"Memang pernah ngerasa susah d awal, jatihnya jadi lupa tentang diri dan cita-cita sendiri karena mengurus mereka. Karena banyak support dari teman untuk juga take care for ourselves. Jadi rasanya balance ya, karena kalau kita sendiri nggak kuat kan nggak bisa support lainnya," lanjut pemeran Kinan di serial Layangan Putus.

Sandwich generation atau Generasi Sandwich seperti yang dialami oleh Putri Marino adalah kelompok individu yang berkembang pesat antara usia 40 – 50 tahun. Terperangkap di tengah merawat anak-anak mereka dan orang tua mereka yang menua secara bersamaan, mereka rentan mengalami tingkat stres yang tinggi.

Dua pekerja sosial bernama Dorothy Miller dan Elaine Brody menciptakan istilah "Generasi Sandwich" pada tahun 1981 untuk menggambarkan kelompok yang terjepit di antara generasi.

Sayangnya, pola asuh stereotip dan peran gender telah mengkondisikan banyak rumah tangga, khususnya di Amerika, untuk menempatkan tanggung jawab lebih pada ibu yang bekerja di usia 40-an. Akibatnya, 70 persen perempuan dan hanya 30 pria pria mengambil tanggung jawab untuk merawat kerabat lanjut usia dengan masalah kesehatan kronis, yang menyebabkan ketidakseimbangan harapan dan meningkatkan stres keluarga.

Mereka yang mengelola kesejahteraan dua generasi sering mengalami stresor seperti kelelahan, masalah tidur, rasa bersalah, depresi, dan kecemasan yang menyebabkan kerugian pribadi pada kesejahteraan mereka. Di antara mereka yang melaporkan penurunan kesehatan, 63 persen mengatakan kebiasaan makan mereka menjadi lebih buruk, 51 persen mulai minum lebih banyak obat, dan 58 persen mengatakan kebiasaan olahraga mereka memburuk. Tekanan mental dapat bermanifestasi dengan cara berbahaya lainnya juga.

Berikut efek kesehatan yang kerap dialami oleh para sandwich generation:

1. Tingkat hormon stres yang lebih tinggi2. Lebih banyak hari sakit dengan penyakit menular3. Respon imun yang lebih lemah terhadap vaksin influenza, atau flu4. Penyembuhan luka lebih lambat5. Tingkat obesitas yang lebih tinggi6. Risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar