Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
KDRT Tidak Hanya Kekerasan Fisik, Simak 5 Tandanya
JAKARTA (INDOVIZKA) - Banyak orang menyamakan kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT dengan kekerasan fisik secara langsung, tetapi para ahli mengatakan itu salah. Faktanya, ada banyak jenis kekerasan lain seperti pelecehan emosional, psikologis, seksual, finansial, pelecehan, dan penguntitan. Kesalahpahaman tentang KDRT terkadang menimbulkan efek berbahaya dan membuat kekerasan dalam bentuk lain seolah tidak ada.
Jennifer C. Genovese, seorang terapis klinis dan asisten profesor pengajar di sekolah sosial bekerja di Falk College Syracuse University di New York, mengatakan bahwa tanda-tanda kekerasan semacam ini tidak selalu mudah dideteksi oleh orang-orang di luar hubungan, bahkan juga sulit dikenali oleh mereka yang mengalaminya.
“Kekerasan dalam rumah tangga biasanya terjadi di balik pintu tertutup dan mungkin disembunyikan dari orang yang dicintai dan orang lain di luar hubungan. Oleh karena itu, menyadari tanda-tanda pelecehan yang halus sangat penting,” kata Genovese.
- Ketua Tim Jargas Sebut Kado Ultah ke-26 Pelalawan Dapat Tambahan Kuota 3.076 Jaringan Gas dari APBN
- Aktif Kembali Bumdes Jaya Bersama setelah Fakum Hampir 7 Tahun
- Wabup Husni Tamrin Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lancang Kuning 2025
- Pemerintah Kabupaten Pelalawan Melaksanakan Operasi Pasar Murah Jelang Idul Fitri 1446 H
- Pemkab Pelalawan Sediakan Bantuan Penyebrangan Roda Dua Gratis Melintasi Banjir Jalan Lintas Timur
Hubungan yang abusif awalnya tampak sangat intens dan penuh cinta. Pasangan dominan mungkin tampak sangat perhatian, protektif, dan menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tidak biasa. Ikatan semakin kuat ketika pasangan mulai mendiskusikan pernikahan atau memiliki anak. Intensitas hubungan yang cepat ini memungkinkan pelaku membangun kendali atas kehidupan korban, kata Genovese.
Siapa pun bisa mengalami KDRT. Tapi, terapis klinis di Kanada, Michele Kambolis, mengatakan bahwa wanita lebih rentan daripada pria. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa satu dari tiga wanita di seluruh dunia telah menjadi sasaran kekerasan fisik atau seksual pasangan atau bukan pasangan.
Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa dia telah menjadi korban kekerasan karena tanda-tandanya tidak selalu langsung muncul. Jadi, waspadalah terhadap lima tanda awal KDRT berikut ini.
1. Mengikuti kemana pun pasangan pergi
Seorang pelaku kekerasan yang ingin mengisolasi pasangannya dari orang lain, jadi tidak pernah membiarkan pasangannya sendirian. Ini bukan karena mereka sangat mencintai dan hanya ingin selalu bersama, tapi karena pelaku ingin membangun dominasi dan memisahkan pasangan dari orang lain yang membuatnya jadi tergantung pada pelaku, kata Jennifer Kelman, pakar hubungan dan pekerja sosial.
Lama kelamaan pelaku semakin posesif atau cemburu dan pada akhirnya melarang pasangan untuk berpartisipasi dalam aktivitas apapun sendirian.
2. Melakukan taktik gaslighting
Gaslighting adalah bentuk pelecehan psikologis di mana pelaku membuat pasangan mempertanyakan realitasnya sendiri. Istilah ini diambil dari dramawan Inggris Patrick Hamilton bermain Gas Light pada 1938, yang menceritakan kisah seorang suami yang perlahan-lahan memanipulasi istrinya untuk berpikir bahwa dia sakit jiwa.
Menurut Genovese, gaslighting bisa berupa mengejek atau mempermalukan seseorang, kemudian menuduh pasangan terlalu sensitif atau dramatis ketika bereaksi terhadap ejekan ini. “Korban dibuat merasa bingung, atau bahwa reaksi mereka tidak sesuai dengan keadaan dan mulai mempertanyakan reaksi dan perasaan mereka sendiri,” kata Genovese.
3. Menghujani dengan bom cinta
Pelecehan emosional sering kali membuat seseorang seolah-olah tidak berharga. Pelaku kekerasan secara emosional merusak harga diri orang lain, membuat mereka merasa tergantung dan tidak mampu untuk pergi, tambah Kelman.
Salah satu hal yang biasa mereka lakukan adalah menghujani dengan bom cinta, dapat berupa hadiah, pujian, permintaan maaf, dan janji muluk untuk tidak pernah mengulangi perilaku kasar, padahal ini lebih merupakan cara untuk memuluskan segalanya, Kelman menjelaskan.
4. Korban takut membuat keputusan
Orang yang menjadi korban KDRT mungkin takut membuat keputusan. Misalnya, jika ditanya orang lain, dia meminta izin pelaku dulu untuk menjawabnya. “Pemberian izin ini mungkin nonverbal, mungkin hanya anggukan halus, atau kedipan mata, tetapi izin harus diberikan sebelum korban merasa cukup aman untuk merespons,” kata Genovese.
Menurut ahli, ini berhubungan dengan respons trauma yang disebut fawn response. Ini terjadi ketika korban mencoba untuk menyenangkan pelakunya untuk menghindari trauma lebih lanjut, menurut The Dawn Wellness Center and Rehab, pusat rehabilitasi terakreditasi internasional untuk individu dengan trauma dan masalah psikologis.
5. Hubungan putus nyambung
Orang yang mengalami KDRT mungkin mencoba untuk meninggalkan hubungan yang abusif beberapa kali sebelum kembali lagi.
Menurut Women Against Abuse, ada beberapa alasan untuk ini, antara lain korban kekurangan sumber daya seperti tempat tinggal yang aman, takut tidak aman secara finansial, takut anak-anak hidup susah, dan takut pelaku membalas dendam. Pelaku juga sering mengancam melukai diri sendiri atau bunuh diri, bentuk kontrol khusus yang digunakan untuk mencegah korban meninggalkannya, kata Genovese.
Meninggalkan hubungan dengan KDRT memang penuh tantangan, jadi segera cari dukungan untuk memulihkan dan membebaskan diri kekerasan, kata Kambolis.
.png)

Berita Lainnya
Abdul Wahid Dorong Perusahaan Kelapa Bangun Kemitraan dengan BUMDES
Epidemiolog Sebut Potensi Munculnya Varian Baru Covid-19 di Indonesia Sangat Besar
Harga Obat Covid-19 Dibandrol Rp 3 Juta per Dosis
Biaya Tes Antigen di Stasiun Turun Jadi Rp35 Ribu Mulai 1 Januari 2022
Pemerintah Gelontorkan Stimulus Demi Pulihkan Sektor Pariwisata
Kapan Pelantikan Anggota Dewan Terpilih 2024? Cek Jadwalnya
Menkeu Dorong Bank Berikan Pinjaman Selama Pandemi
Kapolri Minta Personel Terus Berbenah: Apabila Tak Mampu Bersihkan dan Evaluasi
UU Cipta Kerja Kasih Perlakukan Khusus untuk Produk Halal
Deretan Anak Muda di Bawah 35 Tahun Sukses Menjadi Petinggi BUMN dan Anak Usahanya
Komentar Presiden Jokowi Usai Divaksin Covid-19: Tidak Terasa
DPR Minta Pemerintah Segera Kirim Surpres RUU TPKS