Bantu Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Masyarakat Diminta Berhemat


JAKARTA (INDOVIZKA) - Kenaikan harga minyak goreng menjadi keluhan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Tidak hanya kenaikan harga, kelangkaan pun menjadi keluhan utama karena sulit ditemukan di berbagai toko ritel dan minimarket.

Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Annis Safira Nur meminta, masyarakat lebih hemat dalam menggunakan minyak goreng. Hal tersebut agar tidak terjadi peningkatan permintaan yang kemudian berdampak pada panic buying.

"Untuk konsumen agar lebih bersabar dan menghemat dalam penggunaan minyak goreng, sehingga tidak terjadi panic buying," kata Annis dalam diskusi online YLKI terkait Minyak Goreng, Jakarta, Jumat (11/2).

Annis mengatakan, semua konsumen baik kalangan bawah, menengah maupun atas mengalami kesulitan dalam mendapat minyak goreng. Hal ini sebagai dampak kelangkaan stok di pasaran.

"Untuk itu, pemerintah agar lebih memperhatikan lagi kuota kebutuhan dalam negeri dan juga pasokan pemerataan distribusi minyak goreng bersubsidi untuk masyarakat," jelasnya.

Menurut catatan YLKI, akhir 2021 hingga Februari 2022 terjadi kenaikan harga minyak goreng kelapa sawit secara signifikan hingga mencapai Rp20.000 per liter. Kenaikan harga diantisipasi oleh pemerintah dengan menurunkan minyak goreng bersubsidi seharga Rp14.000 per liter.

"Akan tetapi, terjadi kelangkaan terhadap produk minyak goreng kelapa sawit bersubsidi sehingga sangat menyulitkan masyarakat Indonesia sendiri. Di mana kita saat ini berstatus sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia," tandasnya.

Demi Beli Minyak Goreng, Masyarakat Pinjam Uang ke Bank Keliling

minyak goreng masyarakat pinjam uang ke bank keliling

Kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng membuat masyarakat mencari berbagai cara agar tetap bisa mendapat minyak. Belum lagi setelah pemerintah memberlakukan minyak goreng subsidi dengan harga Rp14.000 per liter.

Pendamping Masyarakat Yayasan Budaya Mandiri, Max Ohandi mengatakan, ada fenomena masyarakat rela meminjam bank keliling demi membeli minyak goreng subsidi dalam jumlah banyak.

"Kami menemukan warga sengaja beli minyak goreng dengan pinjam bank keliling," katanya dalam acara diskusi online YLKI terkait minyak goreng, Jakarta, Jumat (11/2).

Max mengatakan, rata rata pinjaman bank keliling yang dilakukan oleh warga sekitar Rp500.000 hingga Rp1 juta. Nantinya dana tersebut wajib dikembalikan dengan 25 kali bayar dengan bunga hampir mencapai setengah dari pinjaman.

"Rata rata yang Rp500.000 dibayar kembali menjadi Rp750.000. Pembayaran 25 kali bayar dan menurut mereka ini dipotong Rp150.000 daru tabungan mereka," katanya.

Sementara itu, akses mendapatkan minyak goreng murah dilakukan dengan bekerja sama dengan petugas minimarket. "Misalnya mereka langsung menitipkan uang, ini buat (beli) minyak goreng satu minggu kedepan ke petugas," katanya.

Max menambahkan, fenomena ini cukup memprihatinkan sebab masyarakat tidak menyadari sedang terjebak pinjaman bodong. Apalagi keuntungan yang didapat tidak terjamin. "Kalau dihitung hitung kan sama saja, sebab mereka akan mengembalikan uang pinjaman yang lebih besar," tandasnya.






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar