Pilihan
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Senam Inhil Sumbang Medali Emas Perdana di Porprov X Riau
Tahun 2024 Desa Batang Tumu Alami Penurunan Prevelensi Stunting
INDOVIZKA.COM - Desa Batang Tumu mencatat penurunan signifikan dalam prevalensi stunting pada tahun 2024. Berdasarkan hasil analisis terbaru, prevalensi balita stunting di desa tersebut turun dari 1,5% pada 2023 menjadi 0,7% pada 2024.
Penurunan ini merupakan hasil dari berbagai upaya intervensi yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dan Puskesmas setempat lewat program perbaikan gizi dan pemenuhan kebutuhan dasar anak pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, yang dapat berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif anak, serta menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular di masa dewasa.
Penanganan stunting menjadi prioritas pemerintah karena memengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Sejumlah program intervensi telah diterapkan di Desa Batang Tumu, seperti pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil, sosialisasi tentang ASI eksklusif, pemberian makan bayi dan anak (PMBA), distribusi vitamin A untuk balita, serta pemantauan tumbuh kembang anak. Selain itu, program penyehatan lingkungan yang mencakup penyediaan air bersih dan sanitasi juga menjadi bagian penting dari upaya pencegahan stunting.
Faktor Determinan dan Tantangan
Beberapa faktor determinan yang mempengaruhi prevalensi stunting di Desa Batang Tumu meliputi asupan makan yang tidak memadai, praktik pemberian ASI eksklusif, serta faktor lingkungan, seperti akses terhadap air bersih dan jamban yang masih menjadi tantangan di beberapa wilayah. Kondisi ibu, seperti kurangnya gizi selama masa pra-konsepsi hingga masa menyusui, juga turut memengaruhi tingginya risiko stunting pada anak.
Faktor lainnya, seperti jarak kelahiran yang terlalu dekat, kehamilan usia remaja, pendidikan ibu, serta kebiasaan merokok, juga berkontribusi terhadap tingginya angka stunting. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan terus melakukan monitoring dan intervensi pada kelompok berisiko tinggi, termasuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan balita di bawah dua tahun.
Upaya Penanganan dan Intervensi
Berbagai upaya penanganan telah dilakukan oleh Puskesmas Batang Tumu dan lintas sektor dalam menurunkan angka stunting. Penyuluhan tentang pentingnya gizi selama kehamilan, terutama bagi remaja putri dan ibu hamil, terus digencarkan. Selain itu, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) serta bayi dan balita gizi buruk juga menjadi fokus penanganan.
Kolaborasi antara tim Kabupaten dan Desa Batang Tumu dalam memberikan edukasi gizi bagi ibu hamil, anak-anak, dan remaja juga terus dilakukan guna mencegah terjadinya stunting. Meski demikian, tantangan tetap ada, seperti masih rendahnya motivasi remaja putri dalam mengonsumsi Tablet Tambah Darah secara teratur, serta adanya praktik pernikahan dini yang masih terjadi.
Pemerintah dan Puskesmas Desa Batang Tumu berkomitmen untuk terus memperkuat upaya intervensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan stunting demi menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan.
Berita Lainnya
Sempat Meningkat, Kasus Stunting Kecamatan Tembilahan Hulu Turun di 2024
Indonesia Terima Donasi 819.600 Vaksin Moderna dari Belanda
5 Hal yang Harus Dilakukan saat Susah Tidur, Jangan Lihat Jam
Inhil Bertambah 2 Positif Covid-19, Total Jadi 15 Kasus
9 Pasien Diisolasi di RSUD PH, 5 di RSUD Raja Musa Guntung
2.069 APD Disalurkan ke 47 Rumah Sakit di Riau
5 Minuman Terburuk untuk Diminum Saat Perut Kosong di Pagi hari
11 Orang Petugas RSUD di Kuansing Diisolasi
Harga Vaksin Corona Dibanderol Mulai Rp72.500 per Dosis
Tengkurap Jadi Cara Sederhana Selamatkan Pasien Corona
Orientasi KAP dan KPP bagi Kader dan Tenaga Kesehatan Resmi Ditutup
Lab Biomolekular RSUD Arifin Achmad Periksa 1.317 Sampel Per Hari