Kalah di 7 Pilkada Riau, Golkar Beberkan Penyebabnya

Ketua Bapilu Partai Golkar Riau Zulfan Heri

PEKANBARU - DPD I Partai Golkar Provinsi Riau mengakui kekalahan di tujuh Pilkada kabupaten kota di Riau pada 9 Desember 2020 dan mengklaim kemenangan di dua daerah.

Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Golkar Riau Zulfan Heri, dikutip dari CAKAPLAH.COM, Jumat (11/12/2020) di Pekanbaru.

Dikatakan Zulfan Heri, dua daerah yang dimenangkan Partai Golkar adalah adalah Pilkada Kabupaten Indragiri Hulu yang mengusung pasangan Rezita Meylani Yopi-Junaidi Rachmat dan di Kabupaten Kuantan Singingi mengusung Andi Putra-Suhardiman Amby.

"Untuk itu kita mengucapkan selamat kepada pasangan Rezita Meylani-Junaidi Rachmat dan pasangan Andi Putra-Suhardiman Amby yang telah memenangkan pilkada 9 Desember 2020. Sesungguhnya Golkar menang di dua tempat ini dan tujuh kabupaten/kota kalah," kata Zulfan Heri.

Untuk diketahui ada sembilan daerah di Riau yang menggelar Pilkada serentak 9 Desember 2020 lalu yaitu, Kabupaten Bengkalis, Siak, Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Pelalawan dan Kota Dumai.

Dengan hanya dua daerah yang dimenangkan oleh Partai Golkar maka target kemenangan 60 persen di Riau tidak tercapai. Dikatakan Zulfan Heri ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyaknya pasangan calon yang diusung Partai Golkar tersebut kalah.

Faktor pertama adalah karena di tiga daerah ada lebih dari satu kader yang sama-sama maju pilkada sehingga menyebabkan pecahnya suara di akar rumput. "Seperti di Bengkalis tidak hanya Indra Gunawan Eet saja yang maju tetapi Kasmarni juga maju," kata Zulfan.

Kasmarni saat ini memperoleh suara terbanyak di Pilkada Bengkalis. Ia merupakan istri dari bupati Bengkalis nonaktif Amril Mukminin.

Selain di Bengkalis suara Golkar juga pecah di Pelalawan karena Nasarudin yang berpasangan dengan Zukri adalah kader Golkar. Demikian juga Aprizal Sintong yang memecah suara Asri Auzar-Fuad Ahmad.

Faktor lainnya adalah kesiapan logistik pasangan calon yang diusung Golkar yang tidak maksimal, dan pasangan calon yang bekerja tidak menggunakan lembaga survei dalam menyusun pemenangan.

Tak hanya itu konsolidasi di internal Partai Golkar di akar rumput kata Zulfan Heri, juga tidak berjalan maksimal saat pelaksanaan Pilkada, khususnya di tingkat kecamatan dan desa atau kelurahan.

"Faktor lainnya adalah soal komunikasi antara pasangan calon dengan partai pengusung yang tidak berjalan bagus, tidak punya kesamaan sikap pandangan politik antara pasangan calon dengan partai dan tim," kata Zulfan lagi.

Pada kesempatan yang sama mantan anggota DPRD Provinsi Riau itu menolak anggapan bahwa kekalahan pasangan calon yang diusung Partai Golkar di Pilkada 2020 adalah kesalahan Ketua DPD I Partai Golkar Riau Syamsuar. Sebab, kerja politik merupakan kerja tim.

"Bapilu Golkar Riau mengucapkan terima kasih kepada para pengamat, tokoh, dan banyak pihak atas kritik yang disampaikan termasuk kritik yang pedas terkait hasil Pilkada 2020 dimana 7 daerah di Riau Golkar kalah. Tetapi kekalahan tidak sertamerta ditempelkan kepada ketua DPD I. Ia (Syamsuar, red) telah bekerja maksimal meskipun baru menjabat 10 bulan sebagai ketua DPD I. Apalagi saat ini konsentrasi Ketua DPD I terpecah di tengah pandemi Covid-19," jelas Zulfan Heri.

Akan tetapi kata Zulfan, kritik yang disampaikan kepada Golkar tersebut akan tetap menjadi masukan yang berharga bagi partai tersebut dalam menghadapi event-event politik di masa yang akan datang. "Ini bukti semua mencintai Golkar," tutup Zulfan.






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar