Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Biaya Umrah Rp20-26 Juta, Amphuri: Bisa Bengkak Kalau Harus Karantina
JAKARTA, (INDOVIZKA) - Setelah dihentikan sejak tahun lalu, izin ibadah umrah bagi jamaah asal Indonesia kembali diberikan oleh pemerintah Arab Saudi. Adapun terkait besaran ongkos umrah bagi jemaah RI masih belum ada kepastian mengingat kondisi pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M Nur mengatakan, Kementerian Agama sebelumnya sudah menetapkan harga referensi umrah berkisar Rp20 juta hingga Rp26 juta.
"Kami belum tau harganya karena belum ada kepastian, yang ada malah Rp26 juta harganya yang ditentukan. Jadi harga umrah itu di awal harga referensi Rp20 juta," kata Firman, Selasa (12/10/2021), seperti yang dilansir dari sindonews.
- Ketua Tim Jargas Sebut Kado Ultah ke-26 Pelalawan Dapat Tambahan Kuota 3.076 Jaringan Gas dari APBN
- Aktif Kembali Bumdes Jaya Bersama setelah Fakum Hampir 7 Tahun
- Wabup Husni Tamrin Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lancang Kuning 2025
- Pemerintah Kabupaten Pelalawan Melaksanakan Operasi Pasar Murah Jelang Idul Fitri 1446 H
- Pemkab Pelalawan Sediakan Bantuan Penyebrangan Roda Dua Gratis Melintasi Banjir Jalan Lintas Timur
Menurut Firman, keputusan Kementerian Agama dengan harga referensi Rp20 juta guna memenuhi standar pelayanan minimal agar jamaah tidak tergiur dengan penawaran-penawaran yang jauh di bawah itu sehingga nanti tidak ada kepastian standar pelayanan.
Saat masa uji coba pada bulan November 2020 lalu, Firman menyebut harga referensi dievaluasi karena kenaikan pajak di Arab Saudi, faktor-faktor kebijakan Covid-19, dan lain-lain yang menjadikan harga patokan meningkat menjadi Rp26 juta.
Amphuri memandang, selama tidak ada kewajiban karantina, ongkos umrah pasti tak begitu melambung. Sebagai catatan, Saudi saat ini tidak memberlakukan karantina melainkan hanya bukti sudah vaksin dan negatif tes PCR. Namun, di sisi lain, jemaah umrah setibanya kembali di Tanah Air masih diwajibkan menjalani karantina.
"Hal yang jadi kendala kita masih ada syarat kewajiban karantina pulang umrah. Kami saat ini sedang melakukan mediasi untuk melakukan pengecualian, jadi jemaah yang pulang umrah karena ini kegiatan yang dimonitori ketat oleh pemerintah sebelum keberangkatan," tuturnya.
Firman menambahkan, di Arab Saudi semua kegiatan jemaah mulai dari proses keberangkatan, kedatangan juga dipantau dalam aplikasi Tawakalna, termasuk segala macam yang harus dipenuhi oleh jemaah. Artinya, setiap jemaah dipantau sangat ketat.
"Ketika pulang dari Saudi Arabia membawa PCR. Kita harapkan jemaah umrah yang kegiatannya sudah dimonitoring selengkap ini, pulang bisa dikecualikan, tetap karantina tapi karantina di rumah masing-masing ketika hasilnya negatif," tandas Firman.
Amphuri menegaskan tak mau menambah beban biaya akibat karantina usai perjalanan umrah. Beda lagi ketika perjalanan lain seperti liburan, yang menurut Firman tidak ketat monitoringnya seperti pada ibadah umrah. *
.png)

Berita Lainnya
Babak Belur Jurnalis Tempo saat Investigasi Kasus Suap Pajak
Begini Prosedur Terbaru dan Biaya Balik Nama Sertifikat Tanah di BPN
Ratusan Pemuda 18 Provinsi Promosikan Produk Lokal di Media Sosial
Pembangunan Ibu Kota Dimulai Tahun Ini, HUT RI 2024 Ditargetkan di Istana Baru
Tolak Sertifikat Elektronik, DPR Sebut Penyebab Sengketa Pertanahan adalah Manusia di BPN
Dukung Pembelajaran Hybrid, Kemendikbud Diminta Lakukan Pemantapan Persiapan
RUPS PLN Mengangkat Darmawan Prasodjo sebagai Direktur Utama PLN
Menko Airlangga: Peningkatan Konsumsi Masyarakat Jadi PR Pemerintah
Simak Cara Mendaftar Program Kartu Prakerja di 2022
Presiden Jokowi Umumkan Kenaikan Harga BBM Minggu Depan
Airlangga: Pemerintah Dukung Inovasi di Bidang Kesehatan dan Farmasi
Promosikan Pernikahan Usia 12 Tahun, PKB Tegaskan Melanggar UU