Pilihan
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Senam Inhil Sumbang Medali Emas Perdana di Porprov X Riau
Menteri PUPR Ingatkan KLHK: Beberapa Daerah Aliran Sungai Kritis
JAKARTA (INDOVIZKA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya rantai informasi yang terputus dalam sistem peringatan dini meteorologi di tanah air. Kondisi ini diungkapkan BMKG di tengah fenomena La Nina bakal muncul beberapa bulan ke depan.
"Tidak sedikit informasi itu yang terputus ke desa," kata kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat koordinasi nasional virtual BMKG, Jumat, 29 Oktober 2021.
Sebelumnya, peringatan dini La Nina sudah disampaikan BMKG sejak 18 Oktober 2021. Saat itu, anomali pendinginan suhu permukaan laut di Samudera Pasific ekuator telah melewati ambang batas kejadian La Nina dan terus meningkat sampai sekarang.
- PWI Riau Tuan Rumah HPN 2025 Diharapkan Melibatkan Generasi Muda
- Ingin Mengubah Status di KTP Sangat Mudah, Begini Caranya
- Kapan Pelantikan Anggota Dewan Terpilih 2024? Cek Jadwalnya
- Gugatan Hasil Pilpres 2024 Ditolak MK, Begini Respons Tim Hukum Anies
- Senin Pagi, MK Bacakan Putusan Gugatan Sengketa Pilpres 2024
Sehingga, BMKG akan terjadi fenomena La Nina dengan skala lemah hingga moderat, yang akan berlangsung hingga Februari 2022. Berdasarkan skala yang sama di tahun lalu, BMKG menyebut fenomena ini akan membuat curah hujan naik 20 sampai 70 persen.
Saat ini, kata Dwikorita, BMKG sudah punya 40 radar cara dan ribuan sensor deteksi monitoring di semua daerah. Selama ini, data cuaca atau informasi meteorologi berasal dari siste observasi.
Setelah selesai, berlanjut ke sistem pemrosesan (pengolahan data). Barulah kemudian BMKG melakukan diseminasi informasi ke Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) di provinsi, kabupaten, dan kota.
Sesuai dengan aturan, kata Dwikorita, petugas di BPBD daerah inilah yang harus meneruskan informasi tersebut ke masyarakat. Ada yang tuntas tersampaikan, tapi tak sedikit juga yang terputus berdasarkan pengalaman BMKG selama ini.
Dwikorita menyebut ada tiga penyebab yang diidentifikasi BMKG. Pertama, adanya gangguan bahkan putusnya jaringan listrik dan sinyal komunikasi menjelang cuaca ekstrem. "Ini mohon kita waspadai bersama," kata dia.
Kedua, BMKG juga mencatat adanya kinerja yang kurang maksimal dari sejumlah petugas BPBD di daerah. Contohnya, ada kejadian tidak ada petugas jaga yang piket. Padahal, kata dia, aturan mewajibkan ada petugas piket 24 jam.
Ketiga, rantai informasi ini juga terputus karena terjadi banyak bencana secara bersamaan di satu wilayah. Di beberapa kejadian, jaringan listrik pun terganggu akibat bencana yang datang serempak Sehingga, kondisi ini mengganggu proses pemberian informasi meteorologi sampai ke desa.
Berita Lainnya
Akhir Maret, 17 Juta Keluarga Bakal Terima Bantuan Pangan Non Tunai
Kemensos Pastikan Kebutuhan Pangan Pengungsi Semeru Terpenuhi
DPR Geram Penelitan Vaksin Nusantara Disetop Gara-gara BPOM
Kwarnas Pramuka Susun Aturan Pencegahan Pelecehan Seksual
Doni Monardo Sudah Negatif Covid-19, Siap Sumbangkan Plasma Konvalesen
Gerbang Tani Riau Sayangkan Rencana Pemerintah Impor Beras 1,5 Ton
Hati-Hati Penipuan, Saldo Pelatihan Prakerja Tak Bisa Ditukar Pulsa
Penjelasan Kejagung Tuntut Mati Terdakwa Asabri Heru Hidayat
DPR Berupaya Tekan Biaya Calon Jemaah Haji 50 Juta/Orang
Pos Brimob di Pegunungan Bintang Ditembaki KKB, Polisi Sebut Tak Ada Korban Jiwa
Tenaga Honorer Dihapus 2023, Apa Rencana Besar Pemerintah?
Mau Tukar Uang Baru Secara Online, Begini Caranya