Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Siap-siap! Minggu Depan Bakal Ada Demo Buruh Besar-besaran soal BBM
JAKARTA - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh mengumumkan akan melakukan demo besar-besaran untuk menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Rencananya aksi akan dilakukan pekan depan tepatnya pada 6 September 2022.
Titik demo utama di Jakarta akan dilakukan di depan Gedung DPR RI. Sementara daerah lainnya, ribuan buruh akan mengadakan aksi di depan kantor gubernur masing-masing daerah.
"Aksi ini akan diikuti puluhan ribu buruh, untuk di DPR masa aksi berjumlah hampir 5.000 buruh, massa aksi di daerah 33 provinsi lainnya pada tanggal 6 September di kantor gubernur-gubernur daerah masing-masing," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (30/8/2022).
Buruh dari provinsi lainnya yang akan melakukan unjuk rasa mulai dari Jawa Barat akan dipusatkan di Bandung, Jawa Tengah di Semarang, Yogyakarta, Jawa Timur di Surabaya, Sumatera Utara di Medan, Aceh, Batam, Jambi, Lampung, Sumatera Barat di Riau. Termasuk juga di kota kota di Banjarmasin, Samarinda, Jayapura, Manokwari hingga Gorontalo.
Rencana kenaikan harga BBM dikatakan Said akan berdampak pada penurunan daya beli buruh yang akan turun sebesar 50%. Di sisi lain saat ini pun daya beli memang telah menurun sebanyak 30%, seperti yang dilansir dari detik.
"Kalau sekarang daya beli turun 30%. Kenaikan harga BBM menurut data Partai Buruh dan Litbang KSPI daya beli akan turun sebanyak 50%. Dengan begitu pemulihan ekonomi nggak akan tercapai di kuartal 3 dan 4 yang diproyeksi 5,2%. Ini memeras dan berwatak kolonial tanda kutip, menggampangkan masalah," ujarnya.
Jika harga BBM naik, Said mengatakan, rasanya tak adil karena di satu sisi upah buruh sudah 3 tahun tidak ada kenaikan. Hal ini tentunya, menurutnya akan menurunkan daya beli masyarakat khususnya buruh.
"Kenaikan harga BBM yang direncanakan berkisar 30% khususnya BBM bersubsidi Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter mengakibatkan daya beli buruh dan masyarakat kecil akan menurun drastis. Tiga tahun berturut-turut upah buruh tidak mengalami kenaikan," ucapnya.
Selain menurunkan daya beli buruh, ongkos transportasi juga akan membengkak bagi pekerja atau buruh, kemudian petani hingga nelayan yang menggunakan BBM subsidi. Bahkan biaya sewa rumah atau kontrakan diprediksi juga akan naik.
"Kalau BBM naik Rp 10.000 untuk Pertalite dan Solar naik 30% maka biaya transportasi naik 40%, kontrakan bisa naik Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Itu memberatkan!" tegasnya.
Isu yang diangkat selain menolak kenaikan harga BBM adalah menuntut pemerintah agar menaikkan upah buruh tahun depan sebesar 10 sampai 13%. Kemudian, menolak pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja.*
.png)

Berita Lainnya
Subsidi Listrik Bagi 15,2 Juta Pelanggan PLN Akan Dicabut
Ingat, Hari Ini Batas Akhir Penukaran 6 Pecahan Uang Kertas Tahun Emisi 1968, 1975, 1977
Dimulai Besok, Airlangga Hartarto sebut PPKM Bukan Melarang Aktivitas, Hanya Pembatasan Pergerakan
Vaksin Nusantara Terganjal Kaidah Klinis Percobaan Terhadap Hewan, Peneliti Diminta Ikuti Prosedur
Menelusuri Aliran Uang Bayaran Toilet di SPBU Pertamina
Pemerintah Resmi Buka Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12
Korpri Imbau ASN Survivor Covid-19 Jadi Pendonor Konvalesen
Seluruh Provinsi Di Indonesia Terjangkit Corona
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 4 Dibuka Pekan Depan, Kuota Lebih Banyak
Pegadaian Gunakan Alat Tes Covid Karya Anak Bangsa
Australia Tawarkan Pelatihan Pertanian untuk Anak Muda Indonesia
Ingat, Hari Ini Batas Akhir Penukaran 6 Pecahan Uang Kertas Tahun Emisi 1968, 1975, 1977