Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
1.143 ODP Pekanbaru Jalani Rapid Test, 8 Hasilnya Positif
PEKANBARU - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menyatakan 1.143 Orang Dalam Pemantauan (ODP) selesai lakukan pemeriksaan cepat, dan hasilnya delapan orang positif terpapar virus corona namun akan tetap dilakukan tes swab.
Juru Bicara Pemerintah Kota Pekanbaru untuk Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Mulyadi di Pekanbaru, Sabtu, mengatakan jumlah warga yang menjalani rapid test meningkat sebanyak 110 orang pada Kamis (24/4) dibandingkan sehari sebelumnya yang hanya berjumlah 1.033 orang dengan hasil 1.028 negatif dan lima orang positif.
"Dari lima orang yang dinyatakan positif sebelumnya, sudah ada yang negatif sesuai hasil PCR (tes swab)," kata dia lagi dikutip dari antrariau.
- 6 Manfaat Rebusan Daun Dibawah Ini Bisa Turunkan Gula Darah
- Dinkes Pekanbaru Anggarkan Layanan Kesehatan Doctor On Call
- Dinkes Inhil Gelar Pembekalan Kesehatan kepada 303 Calon Jama'ah Haji
- Dinkes Inhil Canangkan BIAN se-Kecamatan Tembilahan Hulu
- Menderita Jantung Bocor, Balita di Tembilahan Ini Butuh Bantuan
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Muhammad Amin mengatakan, warga yang dinyatakan positif sesuai hasil rapid test bukan berarti warga bersangkutan positif terinfeksi virus corona.
"Memang dari rapid test, hasilnya garis dua atau positif. Tapi ini baru indikasi saja, bukan positif COVID-19," tegasnya.
Karena, lanjut Amin, untuk memastikan seseorang positif terinfeksi COVID-19 mesti dilakukan tes swab terlebih dahulu.
Sebaliknya, meski ODP sudah menunjukkan hasil negatif pada tes cepat, namun mereka tetap dalam pantauan untuk melihat perkembangan kondisi kesehatannya. Tes cepat atau rapid test menggunakan sampel darah, dan hanya butuh waktu 15-20 menit untuk mengetahui hasilnya.
Namun, tes ini punya kelemahan karena bisa menghasilkan “false negative”, yakni ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi jika rapid test dilakukan kurang dari tujuh hari setelah terinfeksi virus corona.
Tes yang paling akurat sejauh ini yang banyak digunakan adalah PCR (Plymerase Chain Reaction). Pemeriksaan ini menggunakan usapan lendir (swab) dari hidung atau tenggorokan. Pemeriksaan PCR membutuhkan waktu yang lebih lama dari rapid test. Hal ini karena PCR hanya bisa dilakukan di laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah.
Karena itu, ODP yang sudah dinyatakan negatif saat rapid test belum tentu tidak tertular virus mematikan itu. Tes cepat berfungsi untuk mempercepat pendeteksian dini terhadap ODP karena memiliki risiko, seperti baru melakukan perjalanan dari daerah penyebaran COVID-19.
Itulah sebabnya, semua ODP yang sudah melakukan rapid test di puskesmas di Pekanbaru mendapatkan lembar protokol isolasi mandiri.
Ada delapan poin untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Pertama, selalu memakai masker dan membuang masker bekas di tempat yang ditentukan. Kedua, jika sakit berupa gejala demam, flu dan batuk, maka tetap di rumah, tidak bekerja, sekolah, pasar maupun ke ruang publik.
Ketiga, memanfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan dan hindari transportasi publik. Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala, serta riwayat bekerja di daerah terjangkit atau kontak dengan pasien COVID-19.
Keempat, selama di rumah bisa bekerja namun gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya. Jaga jarak satu meter dari anggota keluarga.
Kelima, lakukan pengecekan suhu badan secara berkala setiap hari. Amati batuk dan sesak nafas, hindari pemakaian bersama peralatan makan dan mandi serta tempat tidur.
Keenam, lakukan perilaku hidup sehat dan bersih serta konsumsi makanan bergizi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan lakukan etika batuk dan bersin.
Ketujuh, jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan disinfektan. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi sekitar 15 sampai 30 menit.
Kedelapan, hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit berlanjut seperti sesak nafas dan demam tinggi. (*)
.png)

Berita Lainnya
Tenaga Medis Jadi Prioritas Pemberian Vaksin COVID-19
Pecah Rekor! Riau Tambah 303 Kasus Terkonfirmasi Covid-19
Kenali 6 Faktor Risiko dan 4 Tanda dari Kanker Ovarium
Empat Hari Berturut-turut, di Pekanbaru Nihil Penambahan Warga Positif COVID-19
Kapuskesmas Pulau Kijang Himbau Masyarakat Antisipasi DBD dan Demam Tinggi
Air Kelapa untuk Asam Lambung, Apakah Bisa?
Hari ini, Vaksin Sinovac Gagal Tiba di Inhil
Dukung program Crash Imunisasi Polio, Puskesmas dan Pemdes Teluk Dalam Laksanakan Imunisasi Polio
Besok Seluruh Puskesmas di Riau Gelar Vaksin Polio
Pastikan Ketersediaan Sarana Prasarana, Dinkes Inhil Taja Pertemuan Update Data
9 Pasien Diisolasi di RSUD PH, 5 di RSUD Raja Musa Guntung
Kasus HIV AIDS di Riau Meningkat, Didominasi Petani dan Nelayan