Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Dikecam Keras, Pasar Tradisional di Yulin Masih Jual Daging Anjing
JAKARTA - Meski menuai kecaman dari berbagai pihak, tapi masih banyak penjual daging anjing panggang dan mentah di pasar tradisional yang ada di pinggiran kota Yulin.
Menurut data yang ada negara China setiap tahunnya mengonsumsi lebih dari 10 juta anjing. Festival daging anjing di kota Yulin yang diselenggarakan di setiap bulan Juni juga mendapat kecaman yang keras dari organisasi pelindung hewan di seluruh dunia.
Selain itu pemerintah China juga sudah mengeluarkan anjing dari daftar hewan ternak dan mengklasifikasikan anjing sebagai hewan peliharaan. Tapi ternyata itu semua tidak menghentikan penjual di pasar tradisional yang ada di Yulin untuk berhenti menjual daging anjing.
- Meskipun Dihadang Israel, 80.000 Jemaah Palestina Tetap Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa
- Aleix Espargaro Juarai MotoGP Inggris 2023
- WHO Peringatkan Setengah Populasi Dunia Berisiko Terjangkit DBD
- Declan Rice Resmi Bergabung Dengan Arsenal.
- Akan Meninggal Livepool, ini 6 Kandidat Calon Pengganti Jordan Henderson
Dilansir dari The Sun (19/06), meski sudah mengeluarkan anjing dari hewan ternak tapi pemerintah Beijing belum melarang konsumsi daging anjing. Sehingga perdagangan daging anjing ini masih marak di pasar-pasar tradisional di China.
"Memperbolehkan masyarakat berkumpul untuk membeli atau memakan daging anjing di pasar yang ramai atau restoran bisa meningkatkan risiko kesehatan masyarakat yang berbahaya," jelas Dokter Peter Li selaku perwakilan dari organisasi Humane Society International.
Beberapa anggota pelindung hewan sempat terkejut ketika mereka berkunjung ke salah satu pasar tradisional di pinggiran kota Yulin. Dari video dan foto-foto yang mereka ambil diam-diam, mereka menemukan masih banyak orang yang menjual daging anjing dalam bentuk mentah atau sudah dipanggang.
Bahkan banyak penjual yang menggantung anjing utuh dengan darah berceceran di sana. Ternyata pasar yang satu ini memang terkenal dengan daging anjingnya.
"Saya tidak percaya orang-orang bisa memakan hewan menggemaskan seperti anjing," jelas Jenifer Chen salah satu anggota pelindung hewan yang berhasil menyelamatkan 10 ekor anjing di pasar itu.
"Tangan saya gemetar ketika mengeluarkan anak-anak anjing dari kandang itu. Anak anjing itu terus menjilati tangan saya, dia tidak tahu bahwa sebentar lagi ia akan menjadi potongan daging," lanjutnya.
Usai mengumpulkan bukti, Jenifer langsung menghubungi pihak berwenang di Yulin untuk menghentikan perdagangan daging anjing ini sesuai aturan dari pemerintah China tentang hewan ternak.
"Seperti yang pemerintah China jelaskan bahwa anjing merupakan hewan peliharaan bukan hewan ternak. Kota-kota seperti Yulin seharusnya menerapkan hal ini dan bukannya melanjutkan jualan daging anjing," kritik Jenifer.
Meski bukan makanan utama di China, tapi negara ini berada di posisi pertama dengan konsumsi daging anjing paling tinggi di dunia yang mencapai 97 ribu ton daging anjing setiap tahunnya.
Sebelumnya Shenzhen dan Zhuhai menjadi dua kota pertama di China yang melarang konsumsi daging anjing setelah pandemi Corona. Pemerintah China juga mengeluarkan kebijakan sementara untuk menghentikan semua perdagangan dan konsumsi daging hewan liar untuk mencegah virus Corona.
.png)

Berita Lainnya
Cegah Corona, Mesjid Al-Aqsa Tetap Tutup Sampai Setelah Idul Fitri
25.000 Liter Air Bersih untuk Gaza: Tahap Pertama Tersalurkan
Kematian Akibat Covid-19 di Rusia Naik, Aturan Diperketat
Virus Misterius Cina Masuki Thailand dan Jepang
Korban Wabah Corona; 13.858 Terjangkit, 304 Tewas dan 322 Sembuh
Alat Rapid Test Impor Tak Dipercaya, Pepaya Dites Hasilnya Positif
Gawat! Jepang Warning Warga di RI, Ada Apa?
Negosiasi Damai Rusia-Ukraina Mulai, Ini Syarat Putin
Belanda Janji Kembalikan Benda Pusaka Berlian 70 Karat Milik RI
Muazin Masjid di London Ditikam Saat Salat Asar
Rapat DPR dan Menkum HAM, makin malam makin panas
WHO Tetapkan Status Darurat Internasional Terkait Virus Korona