Tol Layang Jakarta-Cikampek Bergelombang, Penjelasan Kemenhub Kok Begini?

Tol Layang (Elevated) Jakarta-Cikampek II di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/12/2019). Tol Layang ini memiliki panjang 36,4 km dari Cikunir-Karawang Timur. - ANTARA

JAKARTA - Kementerian Perhubungan menjamin jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau tol elevated aman untuk dilalui walaupun masih terasa bergelombang.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR dan PT Jasa Marga Tbk. sebagai operator agar kecepatan yang disarankan antara 60 km per jam - 80 km per jam.

"Saya sudah koordinasi dengan Dirjen Bina marga, expansion joint itu sambungan jembatan satu dengan yang lain disambungan itu harusnya langsam ya, enggak terasa lah. Nah, sekarang ini masih belum sempurna, tapi Dirjen Bina Marga mau memperbaiki itu dalam waktu dekat," paparnya, baru-baru ini.

Sebenarnya, dia menegaskan saat melalui jalan tol layang, expansion joint setiap 180 meter tersebut, membuat perjalanan sedikit bergelombang dapat berfungsi layaknya polisi tidur. Dengan begitu, ketika merasa mengantuk akan diingatkan oleh sambungan tersebut.

Namun, Budi mengingatkan bahwa kecepatan maksimal harus berada di bawah 80 km per jam, karena ketika terlalu cepat, lompatan yang diakibatkan sambungan tersebut dapat membuat kehilangan kendali dan membahayakan.

Di sisi lain, sambungan yang belum dilapisi tersebut hanya ada di beberapa titik, artinya akan terus diperbaiki sehingga perjalanan menjadi lebih mulus dan nyaman.

Hal tersebut sekaligus menjawab viralnya video pengguna tol yang melonjak-lonjak saat melalui tol layang. Pun demikian dengan foto viral tol layang Japek yang bergelombang. "Tidak ada yang bergelombang kok, itu di media sosial, enggak ada. Itu ekstrem saja masyarakat," imbuhnya.

Kendati demikian, dia mengakui testimoni beberapa pengguna jalan mengeluhan perjalanan yang tidak mulus akibat expansion joint. "Tapi kalau saya dalam keadaan mengantuk enak juga tuh, kaya pita gaduh, kayak dibangunkan gitu," selorohnya.

Secara teknis pembangunan tol layang Japek memang terdapat perbedaan tinggi dari masing-masing tiang, ketinggian tersebut menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, baik karena ada jembatan lain atau sambungan lintas rel terpadu (LRT) Jabodebek.

"Kalau menurut saya enggak terlampau tinggi banget lah perbedaannya. enggak begitu terasa, itu yang ekstrim di media sosial saja," katanya, dilansir bisnis. (*)

 






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar