Pihak Pertamina Cari Partner Kelola Blok Migas Indonesia Terbesar

Ilustrasi

INDOVIZKA.COM - Selain Blok Rokan dan Blok Masela, Indonesia mempunyai satu lapangan lagi yang memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di Indonesia, yaitu lapangan East Natuna. Saat ini pemerintah membantu Pertamina untuk bisa mencari partner untuk mengelola Blok yang sudah ditemukan sejak 1973.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan saat ini pemerintah terus melakukan diskusi kepada Pertamina untuk bisa mencari solusi dalam pengelolaan Blok East Natuna. Blok yang diprediksi memiliki cadangan hinga 46 TCF ini selama ini belum disentuh untuk dieksplorasi dan diproduksi.

"Iya kini sedang kita bantu untuk cari parnternya. Pertamina bersama Pemerintah sedang mencari partnernya," ujar Arifin di Kantor BPK, Senin (6/1).

Arifin menjelaskan pemerintah dan Pertamina membuka diri kepada siapapun investor yang memang berminat untuk bersama sama mengelola Blok ini. Sebab, kata Arifin Blok east natuna ini juga memiliki tingkat rumit yang tinggi meski cadangan berpotensi melimpah.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto merinci di Blok East Natuna tersebut ada dua lapangan yang memiliki cadangan minyak dan gas. Hanya saja, untuk lapangan yang diprediksi memiliki cadangan gas yang besar masih mengandung C02 yang besar. Hal ini akan mempersulit proses produksi gasnya.

"Natuna itu kan ada gas ada minyak minyak itulah yang mau dikembangkan ada dua lapangan di situ. Tapi yang gas kandungan CO2 nya lebih dari 70 persen. Makanya coba kita mau kembangin satu satu, yang minyak dulu kayaknya," ujar Djoko di lokasi yang sama.

Djoko juga menjelaskan selain mencari partner, Pemerintah mengusulkan kepada Pertamina untuk lebih dulu melakukan eksplorasi di kawasan East Natuna ini. Hal ini kata dia lebih efisien sebab, partner akan lebih mudah didapat jika memang eksplorasi sudah dilakukan.

"Secara paralel cari partner bisa dilakukan. Tapi yang penting, Pertamina melakukan eksplorasi dulu. Eksplorasi aja dulu yang lapangan minyak," ujar Djoko.

Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu menjelaskan Pertamina memang sudah lama melirik lapangan East Natuna ini. Ia menjelaskan ada potensi besar yang bisa menambah cadangan dan produksi Pertamina kedepan.

"Saya rasa potensi cukup bagus, tapi minggu depan kita baru mau diskusi lagi dengan pemerintah mengenai cara yang paling tepat untuk melakukan aktivitas di East Natuna," ujar Dharmawan.

Terkait partner, Dharmawan menjelaskan Pertamina memang membuka diri untuk bisa mencari partner dalam pengelolaan lapangan ini. Sebab, kata Dharmawan biaya pengembangan blok tersebut bakal cukup besar karena perlu teknologi untuk memisahkan karbondioksida.

Dharmawan menilai proses pencarian mitra dan pengembangan Blok East Natuna dapat dilakukan secara bersamaan. Sehingga calon mitra bisa melihat secara langsung data yang sekiranya dibutuhkan.

Hanya saja, kata Dharmawan partner yang dicari Pertamina perlu memiliki teknologi yang mutakhir dan kemampuan finansial yang kuat juga SDM yang mumpuni karena tantangan pengembangan Blok ini sangat besar.

"Kami bisa melakukan data sharing dari apa yang kami sudah miliki, setiap melakukan join study. Tapi kami hanya akan mempertimbangkan yang serius," ujar Dharmawan.

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyatakan Blok East Natuna memiliki potensi cadangan 46 triliun kaki kubik. Namun, pengembangan blok tersebut terhambat karena teknologi dan biaya yang cukup tinggi.

"Oleh karena itu, SKK Migas terus berupaya mencari investor untuk mengembangkan Blok East Natuna. Selain itu, pemerintah tengah mengkaji beberapa insentif untuk pengembangan Blok East Natuna. Sebab, blok itu belum juga berproduksi kendati sudah ditemukan sejak 1973," ujar Dwi.

Dwi menjelaskan salah satu insentif yang dikaji pemerintah yaitu keringanan pajak atau tax holiday selama lima tahun. Selain itu, ada insentif kontrak yang lebih lama hingga 50 tahun. (*).






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar