Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Harga Minyak Goreng dan Makanan Diprediksi Tetap Mahal Hingga Ramadan
JAKARTA (INDOVIZKA) - Minyak goreng menjadi salah satu komoditas penyumbang terbesar inflasi tahunan sepanjang 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas ini memberikan andil 0,31 persen terhadap inflasi setahun 1,87 persen. Di tahun 2020, minyak goreng pun menjadi urutan ketiga terbesar yang memberikan andil inflasi 0,10 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, kenaikan inflasi akibat minyak goreng bisa berdampak ke berbagai sektor lain. Utamanya pada barang kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman jadi.
"Imbasnya ini ke produsen makanan dan minuman, ini yang paling sensitif," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Rabu (5/1).
- Ketua Tim Jargas Sebut Kado Ultah ke-26 Pelalawan Dapat Tambahan Kuota 3.076 Jaringan Gas dari APBN
- Aktif Kembali Bumdes Jaya Bersama setelah Fakum Hampir 7 Tahun
- Wabup Husni Tamrin Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lancang Kuning 2025
- Pemerintah Kabupaten Pelalawan Melaksanakan Operasi Pasar Murah Jelang Idul Fitri 1446 H
- Pemkab Pelalawan Sediakan Bantuan Penyebrangan Roda Dua Gratis Melintasi Banjir Jalan Lintas Timur
Bhima memperkirakan, harga minyak goreng bisa terus merangkak naik dalam beberapa bulan ke depan. Sebab dalam 4 bulan ke depan sudah memasuki bulan Ramadan yang biasanya tingkat konsumsi masyarakat mengalami peningkatan.
"Empat sampai enam bulan ke depan ini mau ada Ramadan, imbasnya nanti ke harga bahan pokok dan makanan bisa lebih tinggi lagi ke depannya," kata dia.
Di menilai upaya yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng di pasaran kurang tepat. Operasi pasar menurutnya bukan solusi utama atau hanya temporer. Sebab masalah utamanya hasil produksi kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng yang diekspor.
"Indonesia sebagai produsen terbesar CPO harus bisa mengendalikan pasokan. Harusnya tidak semua CPO ini bernafsu diekspor," kata dia.
Intervensi DMO
Untuk itu, pemerintah perlu memberikan intervensi melalui kebijakan wajib pasok pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Cara ini dinilai bisa menjamin kebutuhan minyak goreng masyarakat tersedia dan tidak mengalami fluktuasi harga seperti yang terjadi saat ini.
"Jadi harganya ini di set agar tidak se-fluktuatif ini," kata dia.
Sebagai informasi, Pemerintah akan menyediakan minyak goreng untuk masyarakat dengan harga eceran Rp14.000 per liter di tingkat konsumen. Minyak goreng murah ini akan disediakan pemerintah selama 6 bulan ke depan di seluruh Indonesia.
Dalam rangka penyediaan minyak goreng bersubsidi, pemerintah akan melibatkan 70 industri minyak goreng dan 225 perusahaan pengemas (packer). Adapun volume yang disiapkan pemerintah sebanyak 1,2 miliar liter. Selisih harga jual minyak goreng tersebut akan disubsidi pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Anggaran untuk menutup selisih harga ditambah PPN sebesar Rp 3,6 triliun," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
.png)

Berita Lainnya
Akibat Penurunan Harga, Target Produksi Minyak Mentah Riau Dipangkas
Jika Boleh Impor Sendiri, Bupati Jamin Harga Gula Pasir Rp 11 Ribu Perkilogram
Ekspor Riau Bulan April Turun 10,46 Persen
Jelang Lebaran Idul Adha Harga Cabe Merah Mengalami Sedikit Penurun
Naik 19,81 Persen, Ekspor Riau Bulan Maret US$ 1,96 Miliar
Tercatat 4.000 Warga Pekanbaru Alami Miskin Ekstrem
Harga Minyak Melonjak Tajam Tembus USD 88 per Barel
BLT Rp600.000 untuk UMKM Hingga Nelayan Cair Bulan Ini
Baznas Inhil Akan Laksanakan Bimbingan Keagamaan Kepada Peserta Pelatihan Penguatan Ekonomi Mustahik
Demi Beli Minyak Goreng, Masyarakat Pinjam Uang ke Bank Keliling
IPKR Inhil Sebut Tidak Ada Penutupan Pembelian Kelapa di PT Pulau Sambu
Harga Kelapa Sawit Kembali Alami Penurunan