Omicron Bertahan Lebih Lama di Permukaan Plastik & Kulit Manusia daripada Varian Lain


JAKARTA (INDOVIZKA) - Virus corona varian Omicron bertahan lebih lama di atas permukaan plastik dan kulit manusia dibandingkan varian sebelumnya. Ini merupakan temuan para peneliti Jepang dalam uji laboratorium.

Para ilmuwan mengatakan, "stabilitas lingkungan" yang tinggi - kemampuannya untuk tetap menular - mungkin membantu Omicron menggantikan Delta sebagai varian dominan dan menyebar dengan cepat. Di atas permukaan plastik, rata-rata lama bertahan virus corona varian ali dan varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta adalah masing-masing 56 jam, 191,3 jam, 156,6 jam, dan 114,0 jam secara berurutan. Sementara Omicron bisa bertahan rata-rata selama 193,5 jam, seperti dilaporkan para peneliti di bioRxiv, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/1).

Di atas sampel kulit dari kadaver atau mayat manusia, rata-rata masa bertahan birus adalah 8,6 jam untuk virus corona versi ali, 19,6 jam untuk varian Alfa, 19,1 jam untuk Beta, 11,0 jam untuk Gamma, 16,8 jam untuk varian Delta, dan 21,1 jam untuk Omicron.

Pada kulit, semua varian virus corona mati atau tidak aktif 15 detik setelah terpapar cairan pencuci tangan berbahan alkohol.

"Oleh karena itu, sangat direkomendasikan pengendalian infeksi terbaru praktik(kebersihan tangan) menggunakan disinfektan, sebagaimana disarankan WHO," demikian kesimpulan para peneliti.

Swab hidung lebih akurat

Sementara itu, hasil penelitian lain terkait virus corona menyatakan, pengguna tes rapid antigen untuk mendeteksi Covid-19 harus menyolok lubang hidung seperti yang diarahkan pembuat alat tes, bukan mencolok tenggorokan atau bagian dalam pipi.

Awal bulan ini, para peneliti di San Francisco melakukan PCR dan tes rapid antigen BinaxNOW dari Abbott Laboratories pada 731 orang yang meminta tes Covid-19. Tes swab atau usap hidung "mendeteksi lebih dari 95 persen orang dengan tingkat virus tertinggi yang kemungkinan besar menular," jelas Dr. Diane Havlir dari Universitas California, San Francisco.

Dengan 115 sukarelawan yang hasil tes PCR-nya positif, tim Dr Havlir membandingkan hasil BinaxNow menggunakan sampel swab dari hidung dan tenggorokan yang diambil ahli terlatih. Swab tenggorokan mendeteksi hampir 40 persen lebih sedikit kasus dibandingkan swab hidung, seperti dilaporkan dalam medRxiv sebelum peer review.

Sebuah penelitian terpisah dari Spanyol, juga diunggah di medRxiv, menemukan tes swab dengan mencolok bagian dalam pipi juga jauh kurang dapat diandalkan daripada swab lubang hidung untuk mendeteksi virus menular. Penelitian terbaru menunjukkan Omicron terdeteksi lebih awal di tenggorokan daripada di hidung, sehingga beberapa ahli menyarankan pengguna untuk mencolok tenggorokan, meskipun FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) mempertahankan tes harus digunakan sesuai petunjuk.

"Data ini mendukung penggunaan BinaxNOW dari swab hidung sesuai petunjuk pada paket," kata Havlir.

"Rapid tes berulang direkomendasikan untuk mereka yang hasil rapid tes BinaxNOW-nya negatif dan orang yang bergejala atau terpapar orang yang terinfeksi."






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar