Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Firli Sebut Penyidik KPK yang Terima Suap Walikota Tanjungbalai Miliki Kemampuan di Atas Rata-rata
JAKARTA (INDOVIZKA) - KPK resmi menetapkan salah satu penyidiknya AKP Stepanus Robin Patujju (SRP), serta satu oknum pengacara Maskur Husain (MH) sebagai tersangka kasus suap Walikota Tanjungbalai M Syahrial.
Atas penetapan status tersangka itu, Ketua KPK Firli Bahuri, menjelaskan AKP Stepanus Robin Patujju adalah penyidik KPK terbaik dengan kemampuan di atas rata-rata yakni hasil tes kompetensi di atas 91,89 persen pada saat mengikuti seleksi penyidik KPK.
Penjelasan Firli Bahuri, semakin diperkuat dengan aksi AKP Stepanus Robin Patujju yang berhasil melibatkan banyak pihak hingga Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin. Juga disebut-sebut turut terlibat dalam aksinya itu.
"Tersangka SRP (AKP Stepanus Robin Patujju) ini adalah penyidik terbaik di KPK dan memang di atas rata-rata. Hasil tes kompetensinya di atas 91,89 persen. Artinya, secara persyaratan mekanisme rekrutmen tidak masalah," ujar Firli saat jumpa pers di KPK, Kamis malam (22/4/2021).
Sebelumnya dalam konferensi pers itu, Firli Bahuri mengungkap adanya peran Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin dalam kasus dugaan suap terhadap penyidik KPK unsur Polri, AKP Stepanus Robin Pattuju (SRP).
Firli menyebut, Azis Syamsuddin merupakan aktor yang mengenalkan Robin Pattuju dengan Wali Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, M Syahrial. Robin diduga menerima suap dari Syahrial terkait penanganan perkara di KPK.
"Pada Oktober 2020, SRP (Robin) melakukan pertemuan dengan MS (Syahrial) di rumah dinas AZ (Aziz Syamsudin) Wakil Ketua DPR RI di Jakarta Selatan," ujarnya.
Menurut Firli, dalam pertemuan tersebut menjadi awal perkenalan antara Robin dengan Syahrial. Saat perkenalan itu, KPK sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi di Pemerintah Kota (Pemkot) Tanjungbalai.
Dalam pertemuan tersebut, Syahrial meminta agar penyelidikan yang dilakukan KPK tak naik ke tingkat penyidikan. Robin pun menyanggupinya dan memperkenalkan Maskur Husein sebagai pengacara kepada Syahrial.
"Menindaklanjuti pertemuan di rumah AZ, kemudian SRP mengenalkan MH kepada MS untuk bisa membantu permasalahannya," kata Firli.
Kemudian, ketiganya pun sepakat dengan fee sebesar Rp 1,5 miliar agar Robin membantu kasus dugaan korupsi di Pemkot Tanjungbalai tak diteruskan oleh KPK. Firli mengatakan, Syahrial telah memberikan uang tersebut kepada Robin baik secara transfer maupun cash sejumlah Rp 1,3 miliar.
"MS (Syahrial) menyetujui permintaan SRP (Robin) dan MH (Maskur) tersebut dengan mentransfer uang secara bertahap sebanyak 59 kali melalui rekening bank milik RA (Riefka Amalia) teman dari saudara SRP, dan juga MS memberikan uang secara tunai kepada SRP hingga total uang yang telah diterima SRP sebesar Rp 1,3 miliar," kata Firli.
Firli menyebut, pembuatan rekening bank atas nama Riefka Amalia dilakukan sejak Juli 2020 atas inisiatif Maskur. Setelah uang diterima, Robin kembali menegaskan kepada Maskur dengan jaminan kepastian bahwa penyelidikan dugaan korupsi di Pemkot Tanjungbalai tidak akan ditindaklanjuti oleh KPK.
"Dari uang yang telah diterima oleh SRP dari MS, lalu diberikan kepada MH sebesar Rp 325 juta dan Rp 200 juta. MH juga diduga menerima uang dari pihak lain sekitar Rp 200 juta sedangkan SRP dari bulan Oktober 2020 sampai April 2021 juga diduga menerima uang dari pihak lain melalui transfer rekening bank atas nama RA sebesar Rp 438 juta," kata Firli.
Dalam kasus ini, KPK menjerat Stepanus Robin, Syahrial, dan Maskur sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan perkara di lembaga antirasuah. Atas perbuatannya, Robin dan Maskur dijerat sebagai tersangka penerima suap, sementara Syahrial pemberi suap.
Robin dan Maskur disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 dan Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 20 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sedangkan Syahrial disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 20 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.**
.png)

Berita Lainnya
Jual Narkotika, Warga Inhil Tertangkap di Kos-Kosan
Dua Pengedar Diamankan Polres Inhil Bersama Barang Bukti Shabu 5,43 Gram
Mayat Wanita Tanpa Busana Ditemukan Warga di Kempas
Belanja di Warung Pakai Uang Palsu, Pria Ini Diamankan Polisi
Miliki Narkotika Sabu, Seorang Pria di Tembilahan Barat Diamankan Polisi
Dugaan Pelecehan Seksual di Kampus UNRI Viral
2 Pencuri Besi di Bandara Tempuling Diamankan Polisi
Fakta-fakta Tragis Kematian Ibu Muda di Kepulauan Meranti
Kejaksaan Agung Usut Dugaan Mafia Tanah di Dua Lahan Negara di Sumut
Tertangkap Saat Melakukan Aksinya, Seorang Jambret Diringkus Polres Tampan
Tukang Parkir di Bansol Cabuli 40 Anak di Bawah Umur
Polres Inhil Musnahkan 1050 Butir Pil Ekstasi