Pilihan
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Senam Inhil Sumbang Medali Emas Perdana di Porprov X Riau
Pemerintah Target Penerimaan Cukai Rokok Rp193 Triliun di 2022
JAKARTA (INDOVIZKA) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menargetkan penerimaan cukai rokok tahun 2022 sebesar Rp193 triliun. Angka ini setara 10 persen penerimaan negara sepanjang tahun depan.
"kebijakan mengenai Cukai menyangkut penerimaan negara karena memang di dalam undang-undang APBN 2022 ditargetkan penerimaan cukai mencapai Rp193 triliun, itu menyangkut kurang lebih hampir 10 persen penerimaan negara," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2022, Senin (13/12).
Bendahara negara ini menegaskan, target penerimaan cukai rokok sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mengendalikan konsumsi rokok, termasuk menurunkan angka prevalensi perokok di Indonesia khususnya terhadap anak-anak dan remaja usia 10-18 tahun.
- Kapan Pelantikan Anggota Dewan Terpilih 2024? Cek Jadwalnya
- Gugatan Hasil Pilpres 2024 Ditolak MK, Begini Respons Tim Hukum Anies
- Senin Pagi, MK Bacakan Putusan Gugatan Sengketa Pilpres 2024
- Pendaftaran Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Telah Dibuka , Berikut Link, Syarat dan Cara Daftarnya
- Tindakan Memicu Konflik, Lagi-lagi PT. BPP Batu Ampar Lakukan Blasting Tidak Sesuai Kesepakatan
"Cukai (rokok) ini merupakan instrumen untuk mengendalikan, sesuai dengan Undang-Undang Cukai. Menurut RPJMN 2020-2024, kualitas sumber daya manusia juga salah satu indikatornya adalah menurunkan prevalensi merokok terutama untuk anak-anak usia 10 hingga 18 tahun yang ditargetkan mencapai 8,7 persen pada tahun 2024," tegas Menkeu.
Di samping itu, Sri Mulyani tak menampik jika target penerimaan cukai rokok meningkat, maka akan berdampak pada harga rokok. Sehingga pemerintah juga harus waspada munculnya rokok ilegal yang tidak kena cukai rokok.
"Rokok adalah barang kena cukai dan tentu dengan adanya kebijakan yang meningkat maka ada kecenderungan dari kegiatan yang kemudian menjurus kepada ilegal. Ini perlu untuk Kita waspadai, semakin tinggi harga rokok maka semakin besar tarif cukai, maka kegiatan dari produksi rokok ilegal juga tinggi," ujarnya.
Pengendalian Konsumsi
Namun demikian, kebijakan cukai rokok juga harus dilihat dari sisi kesehatan dalam rangka pengendalian konsumsi. Rokok merupakan komoditas kedua tertinggi dari sisi pengeluaran rumah tangga sesudah beras baik di perkotaan maupun pedesaan.
"Di kota kota beras 20,3 persen dan rokok 11,9 persen, dari total pengeluaran di desa 24 persen pengeluaran untuk beras dan langsung diikuti rokok 11,24 persen, dibandingkan dengan komoditas lain bagi masyarakat terutama kelompok miskin," ujarnya.
Sehingga rokok membuat rumah tangga menjadi semakin miskin. Sebab, pengeluaran yang seharusnya untuk meningkatkan ketahanan rumah tangga malah dikeluarkan untuk rokok yang mencapai 11 persen dari total pengeluaran keluarga miskin.
Berita Lainnya
Pelaku Bakar Istri Masih Kritis, Polisi Belum Ketahui Motifnya
Jokowi: Indonesia Berada di Ring of Fire, Bencana Bisa Terjadi Kapan Saja
Bersiap Ikuti Pendaftaran PPPK Guru Tahap 3, Siapkan Syaratnya
PLN Dapat Suntikan Modal dari Jokowi Rp 4,2 T
Menko Luhut Klaim Kebijakan Karantina Pejabat Dilakukan Secara Terukur
MPR RI Tetap Tolak LGBT dan Kumpul Kebo Disahkan Walaupun 22 Negara Eropa Datangi DPR
Soal Penanganan Pandemi, Airlangga: Saatnya Berpihak kepada Rakyat
Bahas RUU Cipta Kerja, Abdul Wahid Pertanyakan Soal Kebijakan Hunian Berimbang
Kartu Prakerja Gelombang 12 akan Dibuka 2021
Australia Tawarkan Pelatihan Pertanian untuk Anak Muda Indonesia
Varian Baru Corona B117 Mengancam, Sri Mulyani Minta Masyarakat Hati-hati
Indonesia Berharap Malaysia Komitmen Lawan Diskriminasi Sawit di Pasar Global