Pilihan
AWG Kibarkan Bendera Indonesia-Palestina di Gunung Raung
Pulanglah, Ali…
Pengimbasan RBD Berjalan Baik
Disdukcapil Pelalawan Jemput Bola Layanan Administrasi Kependudukan
Menkeu Buka-bukaan Soal Anggaran Penanganan Covid-19
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka-bukaan soal transparansi dan tantangan akuntabilitas alokasi anggaran penanganan dampak pandemi virus corona yang telah direvisi tiga kali sejak Maret lalu menjadi Rp695,2 triliun.
Meski mengakui tak semua kebijakan yang diambil pemerintah memiliki studi atau bukti ketepatan yang memadai akibat faktor urgensi, namun ia menjamin pihaknya telah menyiapkan bukti dari dasar keputusan yang diambil pemerintah.
"Pemerintah pada saat menangani situasi sekarang fokusnya menjadi multiple (beragam), urgensi dan emergency (darurat). Tapi, harus akuntabel dan diperiksa," ucapnya lewat konferensi video pada Sabtu (27/6/2020).
Kalau setahun dari sekarang sense of urgency-nya (tingkat kepentingan) sudah berbeda sehingga catatan menjadi sangat penting dalam alasan mengambil keputusan," lanjutnya.
Pemerintah, lanjutnya, dihadapkan dengan dilema harus bergerak cepat sekaligus dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang dirumuskan secara kilat tersebut.
Dalam mengatasi ini, ia menyebut pihaknya telah menyiapkan catatan dan rekaman setiap rapat sebagai 'rapor' yang akan diserahkan kepada auditor.
Ia juga mengaku siap diaudit oleh lembaga pengawas seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di kemudian hari.
Lebih lanjut, urgensi yang dimaksud tercermin dari kontraksi ekonomi global yang kian mendalam dalam hitungan bulan. Ia mencontohkan berbagai lembaga keuangan dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengoreksi proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi -0,3 persen tahun ini, memburuk dari proyeksi yang dibuat IMF pada April lalu yaitu 0,5 persen.
"Indonesia urgensinya sangat nampak, kontraksi ekonomi terjadi begitu cepat dan begitu meluas, maka tantangan kami bagaimana bisa mencegah pemburukan atau meminimalkan dampaknya," lanjut Menteri yang akrab disapa Ani tersebut.
Selain tantangan regulasi dan administrasi, Ani juga mengakui adanya hambatan di lapangan. Hingga saat ini, realisasi bantuan kesehatan baru mencapai Rp1,35 triliun atau 1,54 persen dari total anggaran sebesar Rp87,55 triliun.
Ani bilang lambatnya realisasi anggaran disebabkan oleh keterlambatan proses penagihan, verifikasi klaim biaya perawatan oleh BPJS Kesehatan, serta proses revisi anggaran.
.png)

Berita Lainnya
Membaik, Menhub Lepas Selang Pernapasan
Masuki Musim Panen, PDIP Minta Bulog Serap Beras Petani Sebanyak-banyaknya
Dosen R Tidak Mengaku Bersalah, Polisi Ungkap Chat Mesum ke 3 Mahasiswi Unsri
Cara OJK Dukung Edukasi Keuangan Digital
Insentif Kartu Pra Kerja Belum Juga Cair
BPOM Ungkap 71,4 Persen Relawan Vaksin Nusantara Alami Efek Samping
RUPS PLN Mengangkat Darmawan Prasodjo sebagai Direktur Utama PLN
Catat, Ini Daftar Aplikasi yang Bikin Baterai HP Boros
Menteri Basuki Perintahkan Perbaikan Tol Trans Sumatera Tuntas Akhir April 2022
Kisah Ibu dan Empat Anak yang Terpisah saat Erupsi Gunung Semeru
DPR Desak Pemerintah Lakukan Pelacakan Varian Baru Covid-19
WhatsApp Bisa Video Call Dengan 50 Peserta, Ancam Zoom