Varian Omicron Guncang Pasar Keuangan hingga Ancam Pertumbuhan Global


JAKARTA (INDOVIZKA) - Pernyataan CEO Moderna Stephane Bancel memicu alarm baru di pasar keuangan, Selasa, 30 November 2021. Ia menyatakan vaksin Covid-19 kurang efektif melawan varian Omicron.

Pasar saham utama Eropa turun sekitar 1,5 persen di awal perdagangan akibat perkataan Bancel. Begitu pula indeks Nikkei Tokyo ditutup turun 1,6 persen, minyak mentah berjangka turun lebih dari 3 persen, dan dolar Australia mencapai level terendah dalam satu tahun terakhir. Pasar khawatir bahwa resistensi vaksin dapat berlanjut hingga memperpanjang pandemi COvid-19.

"Tidak ada di dunia, (keefektifannya) di level yang sama dengan Delta," kata Bancel kepada Financial Times seperti dikutip dari Reuters.

Varian Omicron covid-19 dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Moody's Analytics mengatakan perekonomian terganggu ketika varian itu menyebar luas.

Chief Asia Pasific Economist Moody's Analytics Steven G. Cochrane menilai bahwa varian omicron menambah faktor ketidakpastian terhadap prospek ekonomi global. Namun dia mengakui masih terlalu dini menilai seberapa besar risiko dan dampaknya. Sebabnya hingga kini penelitian terhadap Omicron masih terus berjalan.

Sejak dideteksi sepekan terakhir, varian Omicron covid-19 terus menyebar ke sejumlah negara. Adalah ilmuwan dari Afrika Selatan yang mendeteksi varian yang disebut B.1.1529 itu berdasarkan sampel penelitian pada 14 hingga 16 November 2021. Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO pada 24 November 2021.

Andrea Ammon, yang mengepalai Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), mengatakan 42 kasus varian telah dikonfirmasi di 10 negara Uni Eropa. Pada usia yang lebih muda, Varian Omicron nyaris tanpa gejala.

Menurut University of Oxford, belum ada bukti bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini mampu mencegah penyakit parah akibat varian Omicron. Seperti Moderna, Oxford siap mengembangkan vaksin versi baru dengan cepat.

Ketidakpastian tentang varian baru Covid-19 ini memicu alarm global. Negara-negara menutup perbatasannya dan mengancam ekonomi yang baru akan pulih akibat pandemi Covid-19. Omicron datang ketika beberapa negara Eropa masih bergulat mengatasi gelombang keempat Covid-19 saat musim dingin tiba.

Meski mengguncang dunia, Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta kehadiran Omicron tak disikapi dengan kepanikan. AS juga tidak akan menerapkan lockdown atau penguncian guna menghentikan penyebaran varian Omicron.

"Varian ini menimbulkan kekhawatiran, tapi bukan penyebab kepanikan," kata Biden dalam sambutannya di Gedung Putih, Senin. "Kami akan bertarung dan mengalahkan varian baru ini," katanya.

Langkah berbeda dilakukan oleh China. Di tengah rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 di Afrika, Presiden Xi Jinping menjanjikan bantuan vaksin 1 miliar dosis.

China telah memasok hampir 200 juta dosis ke Afrika. Pengiriman tambahan vaksin Covid-19 di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran varian baru virus corona Omicron






[Ikuti Indovizka.com Melalui Sosial Media]


Tulis Komentar